Mohon tunggu...
Adrian Diarto
Adrian Diarto Mohon Tunggu... Petani - orang kebanyakan

orang biasa. sangat bahagia menjadi bagian dari lansekap merbabu-merapi, dan tinggal di sebuah perdikan yang subur.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Warna Tembaga di Daun Jati

8 Juli 2020   20:29 Diperbarui: 8 Juli 2020   20:26 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apa yang dapat digantungkan di dinding hati
Kenangan atau harapan?
Masa lalu atau masa depan?

"Atau digantunglukiskan saja masa kini," tanyaku di antara sinar yang masuk melalui pintu depan dan kaca jendela sewarna es

Tidak ada tirai di sana
Tidak ada yang perlu disembunyikan
Ah, tidak ada yang dapat disembunyikan
Tepatnya begitu

Semua datang dan pergi
Atau pergi dan datang?

"Tidak perlu dipikirkan," katamu kemarin

Tidak dapat diketahui mana yang sungguh datang
Atau mana yang sungguh pergi

"Kita tidak akan pernah tahu," lantai beruntung menerima tatapanmu

Masa lalu dan masa depan seperti kehilangan dan kerinduan pada sekeping hati
Pada keduanya pun tidak ada pada saat ini
Meski ia berjarak setipis hembusan angin

Kehilangan dan kerinduan adalah merupa Jumat pertama yang datang dan pergi
Begitu saja
Dan tanpa jejak

Hanya menjejakkan kenangan yang akan terus memudar
Serupa warna tembaga pada daun jati yang hendak mengering
 
"Tetapi akan terus kubaca catatanmu," janjimu padaku

| Dayakan | 8 Juli 2020 | 18.32 |

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun