Tentang sebuah perjalanan ke Gunung Tua
Di mana langkah-langkah harus terus terayun
Melewati kenangan-kenangan yang lebih tua dari pohon-pohon jati yang berbunga lebat di musim pancaroba
Menyisir dinding-dinding ingatan pada jalan setapak menuju ke selatan
Setelah melewati banyak celah dan jalan, aku menyuamu di ujung jalan
Bersandar pada rumah beratap langit dan berdinding bukit
"Mampirlah di selatan," katamu
Ternyata ke selatan adalah perjalanan sepanjang hayat
Menempuh seluruh arah ke utara, sebelum lalu sampai di selatan
"Kita dapat menikmati secangkir teh di balai bertikar pandan," sebuah tawaran telah kau berikan, lalu kunantikan sepanjang perjalanan
Minggu depan akan kulewati Gunung Tua
Sebelum lalu sampai di selatan setelah menyelinap di antara pohon-pohon jati dan batuan karst
Minggu depan terasa lama, seperti menanti rinai hujan berhenti memainkan orkestra di atap-atap rumah
Tetapi hanya kubawa cerita tentang sebuah perjalanan yang begitu sederhana
Tidak lebih bermakna dari serakan daun-daun jati yang gugur terbawa angin
Kala jemarimu mulai menuang teh di cangkir-cangkir panci dan asapnya menerpa wajahmu, mestinya cerita perjalanan mulai kubawakan
"Minumlah," begitu kalimat terpendek yang juga kunantikan sepanjang perjalanan
Tidak ada bagian menarik yang dapat kuceritakan, rasanya
Ia hanya perjalanan melewati malam menuju pagi, melampaui siang lalu menuju malam