Pada cahaya bulan yang menyelinap di antara rimbun kamboja, aku mencarimu
Cahaya yang hanya bergerak lurus
Meniti udara-udara malam
Dalam warna pucat yang menenangkan
Pohon kamboja tumbuh dan meninggi di antara hitam
Dan bayangannya menyimpan banyak catatan
Sebunga kamboja bermandi cahaya bulan
Sinarnya melumuri warna kuning dan putih
Dalam pendar yang tidak menyilaukan
"Aku ke timur, menyeberangi sedikit selat, lalu berjalan meniti bukit dengan rumput-rumput setinggi mata kaki," gelakmu di sisi jauh malam
"Mestinya kamu mencariku ke tempat di mana aku ada di sana," katamu tentang punggung bukit yang menjulang di antara hamparan pasir-pasir putih di bibir pantai
"Mengapa langit berwarna biru di gelap malam?" tanyaku tentang langit yang meninggi di atas awan
"Biru adalah biru, pun di gelap malam," jawabmu sambil membersihkan pasir yang menempel di jenjang kakimu
Aku mencecap kembali kopi dengan gula aren dalam gelas tua
Tanpa gagang yang entah kapan waktu telah mematahkannya
Dalam warna yang terus memudar
Dan bibir yang terus meretak
"Kapan kamu kembali dari timur?" tanyaku sambil melihat bulan yang bertapa di atas awan
Timur adalah tempat terjauh yang tidak akan pernah tertempuh
Aku sudah di barat lagi saat menyangka sudah mencapai timur
Ke tempat semula aku dibawa angin yang mewaktu
Tempat yang pernah kutinggalkan dan tidak pernah beranjak
Tempat yang menitipkan kunci pintunya untukku
Disimpannya kunci di antara kabut-kabut tebal sampai malam menceritakan rahasia itu