Mohon tunggu...
Adrian Diarto
Adrian Diarto Mohon Tunggu... Petani - orang kebanyakan

orang biasa. sangat bahagia menjadi bagian dari lansekap merbabu-merapi, dan tinggal di sebuah perdikan yang subur.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Natal Tenggelam di Legian

21 Desember 2019   08:11 Diperbarui: 21 Desember 2019   17:47 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri. Pantai Legian.

"Besok ketika matahari tenggelam, aku sudah akan sampai ke timur," katamu tentang tahun yang akan segera diakhiri

Entah tahun berakhir atau diakhiri

Setelah satu per satu angka dengan takzim kita susuri
Kita namai sebagai hari
Dan dimaknai sebagai perjalanan

Sebagian dari hari kita namai sebagai pagi
Ketika mimpi tidak lagi menemani
Dan kicau burung-burung di pohon mengusir kantuk dengan segera

Dari mana pagi dapat dimulai?

Cermin berkata, "Lihatlah dirimu!"
Jendela menukas, "Lihatlah dunia"
Pintu lembut tersenyum, "Memang perlu tenaga, tetapi bukalah maka kesempatan akan datang"

Dari atas, langit-langit kamar berseru, "Letakkan harapanmu di ketinggian"

Ketika kaki diturunkan dari tempat tidur, lantai paling akhir menyahut dan berbisik, "Tetap tekuklah kaki. Turunkan kepalamu. Sujudlah. Maka berkat akan mengalir sepanjang waktu ketika kamu meniti angka demi angka pada hari yang kau lewati satu per satu"

Kemarin, pada malam yang sudah melarut, tempat tidur seperti ibu yang hangat berkata, "Rebahlah, hari ini sudah cukup bagimu. Banyak hal yang sudah kamu usahakan. Melewati banyak kota dan bertemu orang-orang baik. Tutuplah matamu, pejamkan. Setelah lelap, kamu akan bertemu langkah-langkah jenjang yang kau rindukan sambil bergegas langkah sepanjang siang"

Sepagi ini, mungkin lusa perjalananmu ke timur akan dimulai
Ketika hari masih terasa dingin dan angin selatan menerbangkan rambutmu

Aku menunggumu berkabar tentang perjalanan ke timur
Juga tentang lilin Natal yang akan kau nyalakan di tempat jauh

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun