Mohon tunggu...
Adrian Diarto
Adrian Diarto Mohon Tunggu... Petani - orang kebanyakan

orang biasa. sangat bahagia menjadi bagian dari lansekap merbabu-merapi, dan tinggal di sebuah perdikan yang subur.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Puisi | Sebuah Malam dengan Banyak Hujan

25 November 2019   19:34 Diperbarui: 27 November 2019   07:15 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kuduga kamu melintas di tempat riuh
Di antara kaki-kaki lelah yang tergesa melangkah
Di antara tas-tas kerja yang menggelayutberati punggung yang terus menua

"Aku menunggumu dengan secangkir kopi dan gula merah," kataku padamu
Sambil mengaduk kopi searah jarum jam, dan dengan gerakan sedikit lebih cepat dari putaran kipas di langit-langit berwarna pucat

"Tapi aku tidak melintasi halaman stasiun," jawabmu di kejauhan
"Aku menjauhi ruang berlangit tinggi dengan nyanyian Halleluyah," gelakmu di bawah langit berwarna kelabu

Sepertinya masih ada sedikit gula merah yang tidak mencair, bersembunyi di antara ampas kopi
Aku mengaduk lagi, memporak-porandakan ampas-ampasa kopi yang diam di dasar cangkir

Di tempat riuh, kopi dan gula merah merupa ruang hening di antara lalu-lalang untuk kepergian ke suatu tempat entah di mana

Mungkin ke dekat lampu-lampu yang sebentar lagi berpendar
Mungkin ke tempat setelah simpang empat yang selalu terlihat lebih sempit bahkan setelah dilebarkan pada kali terakhir yang belum lama

Gula merah sepertinya sudah mencair seluruhnya
Dan harum kopi pelahan naik menyusuri dinding berbahan kaca

Aku tahu bahwa dugaku adalah keliru
Semenjak ia belum menjadi sebuah duga

"Masihkah kau ingat sinar bulan yang jatuh di antara kita?" tanyamu ketika kopi akhirnya kucecap di ruang riuh

Aku akan menanti hujan lebih sering datang
Nanti, ketika hujan setiap hari menyambangi malam, maka Natal sudah semakin dekat

Pada salah satu hari ketika hujan tidak kunjung berhenti, Natal akan tiba selepas maghrib
Mungkin sinar bulan tidak terlihat saat itu, tetapi bukan berarti bulan tidak bersinar

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun