Mohon tunggu...
Adrian Diarto
Adrian Diarto Mohon Tunggu... Petani - orang kebanyakan

orang biasa. sangat bahagia menjadi bagian dari lansekap merbabu-merapi, dan tinggal di sebuah perdikan yang subur.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Bilah-bilah Bas Telah Tercabik

19 November 2019   09:43 Diperbarui: 19 November 2019   09:40 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ngayogjazz 2017 | dokpri

* Sebuah tribute untuk RM Gregorius Djaduk Ferianto

Di panggung berwarna biru, bilah-bilah senar bas dicabik-mainkan dengan indah
Jemari menari-susuri titian-titian nada
Meninggi-merendah, merapat-merenggang

Saxophone alto meningkahi sela-sela cabikan pada bilah-bilah senar bas
Melengking tinggi, lalu meniti nada-nada rendah kemudian

Di atas daun-daun rumput yang basah, aku meletakkan diri setelah sepanjang hari yang berlalu
Mendekati nada-nada yang tercabik indah, menyusuri serak lengkingan yang terasa begitu dalam

Tetiba aku dengan mudah mengingat Leonard Cohen
Yang meniti-lantunkan nada-nada rendah dalam suara bariton yang kuat

Menyanyikan Hallelujah di malam gelap, di lereng Gunung Merapi sehabis hujan,  di antara kabut yang pelan turun dari lereng tinggi dan bergegas menyelimuti malam

Bukankah kamu mengingatkan tentang nyanyian Hallelujah di ruang beratap tinggi sebelumnya?

Tidak ada nyanyian Hallelujah pada malam ini di panggung berwarna biru. Tidak ada
Tetapi suara saxophone alto bersuara serak terlanjur mengingatkan malam pekat dengan kabut tebal, dengan suara yang meniti nada-nada rendah dengan kuat

Dan aku lalu memilih menyusuri ingatan itu,  di depan panggung berwarna biru

Bilah-bilah telah tercabik bersama jemari yang menari di titian nada
Dan saxophone alto seperti meneriakkan yang terpendam-tinggal di kedalaman

Kutengadahkan harapan ke langit malam  yang dipenuhi gerak awan-awan putih di kegelapan

Sebelum menepiskan ingatan tentang nyanyian Hallelujah di ruang beratap tinggi

| Kledokan | 19 November 2017 | 22.00 |

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun