"Aku menunggu di ujung jalan sebelum suara-suara ombak merdu terdengar dan kabut bergerombol di tebing tinggi," aku takzim mendengar, sambil melihat tangan kirimu menambahkan arang ke tungku tanah liat
"Kalau kamu sampai di sini, kamu sudah pulang ke tempat di mana kamu harus pulang. Di rumah berdinding bukit, di mana aroma kopi dan gula merah memenuhi ruang percakapan kita," senyum menggantung setipis goresan pensil
"Tidak ada yang perlu dibuktikan. Tidak ada yang perlu dipastikan. Tidak ada yang perlu diceritakan. Aroma kopi dan gula merah adalah nyanyian jiwa-jiwa kita. Tidak, tidak ada apapun yang perlu kita buktikan kepada dunia ini," ceritamu melalui tatapan mata.
Ujung ceret menunduk, menuang tirta yang mengepulkan aroma kopi dan gula merah
| Halim | 24 September 2019 | 20.36 |
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H