Mohon tunggu...
Adrian Diarto
Adrian Diarto Mohon Tunggu... Petani - orang kebanyakan

orang biasa. sangat bahagia menjadi bagian dari lansekap merbabu-merapi, dan tinggal di sebuah perdikan yang subur.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Rumah Berdinding Bukit

24 September 2019   22:16 Diperbarui: 25 September 2019   13:20 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Aku menunggu di ujung jalan sebelum suara-suara ombak merdu terdengar dan kabut bergerombol di tebing tinggi," aku takzim mendengar, sambil melihat tangan kirimu menambahkan arang ke tungku tanah liat

"Kalau kamu sampai di sini, kamu sudah pulang ke tempat di mana kamu harus pulang. Di rumah berdinding bukit, di mana aroma kopi dan gula merah memenuhi ruang percakapan kita," senyum menggantung setipis goresan pensil

"Tidak ada yang perlu dibuktikan. Tidak ada yang perlu dipastikan. Tidak ada yang perlu diceritakan. Aroma kopi dan gula merah adalah nyanyian jiwa-jiwa kita. Tidak, tidak ada apapun yang perlu kita buktikan kepada dunia ini," ceritamu melalui tatapan mata.

Ujung ceret menunduk, menuang tirta yang mengepulkan aroma kopi dan gula merah

| Halim | 24 September 2019 | 20.36 |

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun