Mohon tunggu...
Adrian Diarto
Adrian Diarto Mohon Tunggu... Petani - orang kebanyakan

orang biasa. sangat bahagia menjadi bagian dari lansekap merbabu-merapi, dan tinggal di sebuah perdikan yang subur.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Sebuah Cinta untuk Malam

31 Juli 2019   20:51 Diperbarui: 1 Agustus 2019   06:12 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: nenk poeth

Ke manakah setiap kepergian menuju?

Semua seperti rapat arus yang datang berlawanan dengan arah keberangkatan
Perjumpaan-perjumpaan yang tidak diupayakan
Perpisahan-perpisahan yang tidak dapat dihindari
Pun kebersamaan-kebersamaan yang tidak dapat direncanakan

Tidak pernah dapat diketahui, apakah langkah-langkah telah menjauhi keberangkatan dan terus menjauh
Atau ia adalah langkah memutar lalu menuju ke titik awal keberangkatan, sebuah perjalanan yang tidak pernah menjauhi keberangkatan

"Hai," katamu pada sebuah sua setelah langkah-langkah yang kuduga adalah kepergian yang telah menjauh

"Hai," kataku untuk mensyukuri perjalanan yang telah sampai ke titik awal kembali, setelah melewati sebuah duga tentang keberangkatan. Keberangkatan yang tidak pernah menjauh, bahkan setelah ribuan langkah terayun

"Hai," katamu pada kesempatan lain, bersamaan dengan pintu kaca yang berayun pada sepotong siang
Perjalanan memang tidak pernah menjauh

"Mampirlah ke selatan," katamu pada sebuah siang. Lalu perjalanan ke selatan adalah penemuan jalan pulang yang tidak pernah kumiliki, seperti teh yang dituang pada kemarau sore yang hangat

Aku telah jatuh cinta pada malam yang akan tergelincir ke dini. Waktu yang menegaskan bahwa perjalanan tidak pernah menjauh. Sedekat lembaran daun jati kering yang jatuh di dekat dahan yang telah menumbuhkannya

Selanjutnya, yang kulakukan adalah terus menghitungcintai malam. Yang terus datang seperti arus yang berlawanan dengan arah keberangkatan
Malam yang secara benderang menunjukkan ribuan langkah kaki tidak pernah menjauh

"Hai," katamu pada malam yang akan tergelincir ke dini hari. Lalu aku mengenalmu sebagai selatan, sebuah arah untuk berjalan pulang

| Surabaya | 31 Juli 2019 | 18.00 |

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun