Mohon tunggu...
Adrian Diarto
Adrian Diarto Mohon Tunggu... Petani - orang kebanyakan

orang biasa. sangat bahagia menjadi bagian dari lansekap merbabu-merapi, dan tinggal di sebuah perdikan yang subur.

Selanjutnya

Tutup

Sosok Pilihan

Jokowi, Presiden yang Bajunya Suka "Dikeluarin"

25 Maret 2019   09:39 Diperbarui: 25 Maret 2019   11:53 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.



Dengan tongkat komando, peci, kaca mata hitam dan pangkat-penghargaan yang menempel-sebar di baju, Presiden Soekarno adalah Indonesia. Plus, peran proklamator yang yang tidak bisa dibantah. Soekarno adalah Indonesia.

Berbaju putih, peci dan kacamata bulat, Mohammad Hatta adalah kekasih jiwa Sang Proklamator. Bagaimana mereka mencintai Indonesia. Bahkan Soekarno perlu berinisiatif mencarikan isteri untuk sahabatnya ini, karena ia asyik berjuang untuk Indonesia.

Motor besar, cerutu, memancing di laut lepas dan senyum yang misterius serta wajah tampan, Soeharto adalah pemegang hegemoni kekuasaan terlama di Indonesia. Jenderal Besar dan Bapak Pembangunan. Gelar yang diutopiakan oleh para pembantunya yang tidak segan menjilat lalu meninggalkan pada saat yang tidak menguntungkan. Lalu meninggal dalam persepsi "lupa akan banyak hal". Berjuang selama 32 tahun tentu sebuah perjalanan panjang. Waktu yang lama untuk menampilkan diri as it is: dengan segala kelebihan dan kekurangannya.

BJ. Habibie adalah pribadi dengan kecerdasan di atas Albert Einstein. Mr. Crack yang sangat pandai dan membanggakan Indonesia. Kecerdasannya dibawa hingga masa tuanya. Dengan tetap menjadi Bapak Bangsa: tidak berpolitik praktis! Habibie adalah orang besar yang begitu rendah hati. Hanya Butet Kertaradjasa yang dapat menyamainya meski hanya dalam monolog.

Gus Dur adalah presiden dengan lompatan pemikiran yang terlalu jauh. Terlalu pandai untuk kebanyakan rakyat Indonesia. Tetapi ia diutus untuk mendidik bangsa ini. Melihat dari sisi yang lain. Dari sudut pandang yang lain. Meski sampai sekarang DPR RI tetap menjadi kanak-kanak yang lucu, menggemaskan dan menjengkelkan. Kekyaiannya membuatnya terlalu jujur untuk menjadi politisi. Tapi begitulah ia sangat mencintai bangsa ini. Pribadi yang sangat ugahari yang menolak dipuja. Dan meminta dikuburkan "hanya" sebagai seorang santri. Sederhana dan mengharukan.

Megawati Soekarnoputri adalah presiden perempuan yang membawa posisi perempuan Indonesia. Ditunggu tetapi juga ditinggalkan. Toh bahtera NKRI berlayar aman dengan kekuatan finansial yang jauh lebih sehat dan stabil setelah luluh-lantak menyusul kejatuhan Soeharto. Soeharto adalah juga luka Megawati pribadi dengan caranya memperlakukan Soekarno, ayahnya.

SBY adalah inisial kepresidenan yang pertama di Indonesia. Seorang Jenderal, berbadan besar, berlatar akademis doktoral dan memiliki kepiawaian menyusun kalimat normatif-logis yang sangat kuat. Pemain gitar dan pelantun lagu-lagu sendu menusuk kalbu. Jenderal yang pada awalnya diidolakan sedemikian rupa dan berkesempatan memimpin dalam dua periode kepresidenan. Kader-kader partainya yang muda, cerdas dan cemerlang secara akademik bernasib "malang" karena kebodohan mereka. Ditangkap KPK dan dipenjara karena korupsi. Terakhir, Andi Arief, salah satu pejabat partainya adalah penyuka narkoba yang membuat gaduh negeri ini.

Partai Demokrat adalah potret leadership SBY yang tidak terbantahkan. NKRI juga berlayar jauh selama sepuluh tahun di bawah kepemimpinannya. Dan yang menakjubkan: tetap selamat! Terima kasih, Pak SBY.

Penyuka motor-motor "aneh" dan penikmat musik rock, Jokowi adalah anomali cuaca perpolitikan. Badannya yang kurus dengan baju "dikeluarkan" dan lengan sedikit terlipat adalah anomali yang lain. Tetapi keberanian bermain catur politik dengan langkah kuda yang tak terduga adalah kartu truf Jokowi.

Keputusannya tinggal di Istana Bogor adalah bahasa komunikasi bahwa ia adalah seorang Presiden Republik Indonesia dan bukan petugas partai seperti disampaikan Megawati.

Berdiri di atas kapal perang untuk memberi pesan tegas kepada negara tetangga dan membiarkan anak-anaknya mandiri adalah anomali Jokowi yang lain. MRT adalah budaya baru peradaban ibukota yang dibawa Jokowi, hal yang tertunda 30 tahun untuk dieksekusi dengan konsekuensi kerugian ratusan triliun.

Kalau saja SBY mampu membangun infrastruktur yang sepadan dengan 10 tahun masa kepemimpinannya, Jokowi tinggal berkonsentrasi pada pengembangan daya saing yang berbasis pada teknologi dan SDM.

Harapan pada Indonesia yang jauh lebih baik masih layak diemban Jokowi untuk 5 tahun ke depan.

| Terminal Condongcatur | 25 Maret 2019 | 07.30 |

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun