Mohon tunggu...
Adrian Diarto
Adrian Diarto Mohon Tunggu... Petani - orang kebanyakan

orang biasa. sangat bahagia menjadi bagian dari lansekap merbabu-merapi, dan tinggal di sebuah perdikan yang subur.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pilkada DKI dan PDIP yang Bergerak (Semakin) Lamban

16 Agustus 2016   22:47 Diperbarui: 16 Agustus 2016   22:59 928
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: Pinterest.com

Jujur. Bekerja Keras. Anti Korupsi. Mungkin tidak lama lagi akan marak tulisan dengan kata-kata tersebut. Biasanya dengan banner berbahan plastik yang dipasang serampangan. Sebagian bahkan melukai pohon yang selalu dengan rela dan tanpa kesah menyuplai kebutuhan manusia akan oksigen supaya dapat terus hidup.

Parpol  Sebagai Agen Perubahan. Masih, kah?

Lambatnya PDIP sebagai penguasa kursi di DPRD DKI dalam memutuskan calon yang akan diusung sebagai kandidat Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta dapat ditebak bahwa target utama PDIP bukan visi perubahan dan kebangsaan yang akan diusung, tetapi lebih karena ‘hanya’ ingin memperoleh kepastian bahwa kursi kekuasaan itu tidak terlepas dari genggaman.

Dalam perjalanan waktu, PDIP yang masih terus mendulang simpati dan menjadi harapan publik semakin tidak responsif atas harapan rakyat akan perubahan yang lebih dinamis. Menjadi semakin akuntabel. Semakin bermartabat. Tidak banyak didengar tawaran pemikiran yang berbobot dari para eksekutif partai tentang kebangsaan, misalnya. Kalau ditilik dari berita di media massa, eksekutif partai memang hanya sibuk melakukan akrobat untuk mendapatkan peluang kekuasaan dalam setiap kesempatan pilkada. Sebagian bahkan hanya melompat dari satu blunder ke blunder berikutnya.

Pesta Demokrasi, Pesta Menyambut Masa Depan

PDIP sampai hari ini masih saja memakai bahasa prosedur dan mekanisme partai untuk berlindung karena kelambanan pengambilan keputusan.

Jika PDIP masih merupakan sebuah partai yang bergerak ringkas dan kuat, mestinya PDIP mengambil keputusan dengan cepat dan menjadi mentor bagi parpol lain dalam membuat keputusan politik.

Belum finalnya keputusan PDIP mengusung jagonya dalam Pilkada DKI rasanya tidak menunjukkan kematangan para petinggi partai dan efektifnya kinerja partai, tetapi lebih menunjukkan lambannya PDIP dalam mengambil keputusan strategis.

Atau kemungkinan yang lain, telah terjadi krisis kaderisasi yang ditandai dengan sulitnya menemukan kader yang sepadan untuk menghadapi pentahana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun