1.   Sejarah Pembelajaran Kooperatif
Beratus tahun lalu Talmud mengatakan bahwa untuk memahami konten-konten, setiap pembaca harus mempunyai seorang partner belajar. Pada permulaan abad ke 1, Quintillion menganjurkan bahwa murid-murid dapat memperoleh keuntungan dari mengajar satu sama lain. Seneca, seorang filosof Romawi, menganjurkan "cooperative learning" (pembelajaran kooperatif) melalui ungkapan seperti "Qui docet discet" = Bila anda mengajar, anda belajar dua kali); dan Johann Amos Comenius (1592-1679) percaya bahwa murid-murid dapat memperoleh keuntungan baik dengan mengajar & diajar, maupun dengan murid-murid lain.
Pada akhir 1700 an, Joseph Lancaster & Andrew Bell menganjurkan penggunaan secara ekstensif kelompok-kelompok pembelajaran kooperatif di Inggris, dan ide itu dibawa ke Amerika Serikat. Selama banyak periode (di USA) pembelajaran kooperatif dianjurkan dan dipergunakan secara luas untuk meningkatkan pencapaian tujuan-tujuan pendidikan.
Bagaimana di Indonesia ? Perlu studi !
Pada pertengahan 1960 an (di USA) mulai diselenggarakan pelatihan guru-guru dalam mempergunakan pembelajaran kooperatif di Universitas Minnesota. Pusat Pembelajaran Kooperatif didirikan sebagai suatu hasil usaha untuk :
-Â Â Â mensintesis pengetahuan mengenai usaha-usaha kooperatif, kompetitif, dan individu-alistik;
-Â Â Â memformulasi model-model teoritik mengenai sifat kooperasi dan komponen-komponen esensialnya;
-Â Â Â menyelenggarakan suatu program riset sistematik untuk mengkaji teori-teori itu;
-Â Â Â menerjemahkan teori yang divalidasi ke dalam suatu perangkat strategis dan prosedur-prosedur yang konkrit
untuk mempergunakan "cooperation" (bekerja bersama) di kelas-kelas,  sekolah-sekolah, dan di lingkungan Dinas-dinas Pendidikan;
-   membentuk dan memelihara suatu "network" (jaringan) sekolah-sekolah dan perguruan-perguruan tinggi mengimplementasi strategi-strategi & prosedur-prosedur kooperatif - tersebar di                Amerika Utara & berbagai negara lain di dunia.
Pada awal 1970 an David DeVries & Keith Edwards pada Universitas "Johns Hopkins" (di Amerika Serikat) mengembangkan TGT (Teams-Games-Tournaments) dan Sholmo mengembangkan prosedur investigasi kelompok bagi kelompok-kelompok pembelajaran kooperatif. Pada akhir 1970 an, Robert Slavin memperluas karya DeVries & Edwards dengan memodifikasi TGT ke dalam STAD (Student-Team-Achievement-Divisions) dan memodifikasi "computer-assisted instruction" ke dalam TAI (Team-Assisted Instruction). Secara berbarengan, Spencer Kagan mengembangkan prosedur "Co-op Co-op" dan pada 1980 an Donald Dansereau mengembangkan sejumlah prosedur kooperatif - yang disebutnya "scripts" (naskah-naskah acuan).
Bagaimana di Indonesia ? Menurut hemat penulis N.A Amtembun , strategi pembelajaran kooperatif ini sudah & sedang dikembangkan ... kendatipun masih sporadis dan informalistik sifatnya. Melalui tulisan ini, mudah-mudahan strategi pembelajaran ini dilegalisasi & digalakkan implementasinya - terutama di sekolah-sekolah yang kini sedang mengembangkan Sistem SBM (School-Based Management) atau MBS (Manajemen Berbasis-Sekolah).
Selanjutnya dibahas landasan-landasan teoritik dan penelitian bagi strategi pembelajaran ini.
N.A Ametembun Strategi Pembelajaran Kooperatif
http://supervisiametembun.blogspot.com/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H