Mohon tunggu...
Johanis Ametembun
Johanis Ametembun Mohon Tunggu... wiraswasta -

Tulisan ini diperkenankan terutama untuk membantu para Mahasiswa peserta perkuliahan Bidang-bidang Studi Supervisi Pendidikan dan Seminar Supervisi Pendidikan. Para Pengelola Kependidikan pada jenjang-jenjang Pendidikan Prasekolah, Pendidikan Dasar dan Menengah (baik Umum maupun Kejuruan) dapat mempergunakan pula artikel ini untuk merefleksikan visinya tentang pengembangan profesional guru.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Landasan-landasan Pembelajaran Kooperatif

6 Desember 2010   02:50 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:59 1108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

1.    Sejarah Pembelajaran Kooperatif
Beratus tahun lalu Talmud mengatakan bahwa untuk memahami konten-konten, setiap pembaca harus mempunyai seorang partner belajar. Pada permulaan abad ke 1, Quintillion menganjurkan bahwa murid-murid dapat memperoleh keuntungan dari mengajar satu sama lain. Seneca, seorang filosof Romawi, menganjurkan "cooperative learning" (pembelajaran kooperatif) melalui ungkapan seperti "Qui docet discet" = Bila anda mengajar, anda belajar dua kali); dan Johann Amos Comenius (1592-1679) percaya bahwa murid-murid dapat memperoleh keuntungan baik dengan mengajar & diajar, maupun dengan murid-murid lain.

Pada akhir 1700 an, Joseph Lancaster & Andrew Bell menganjurkan penggunaan secara ekstensif kelompok-kelompok pembelajaran kooperatif di Inggris, dan ide itu dibawa ke Amerika Serikat. Selama banyak periode (di USA) pembelajaran kooperatif dianjurkan dan dipergunakan secara luas untuk meningkatkan pencapaian tujuan-tujuan pendidikan.

Bagaimana di Indonesia ? Perlu studi !
Pada pertengahan 1960 an (di USA) mulai diselenggarakan pelatihan guru-guru dalam mempergunakan pembelajaran kooperatif di Universitas Minnesota. Pusat Pembelajaran Kooperatif didirikan sebagai suatu hasil usaha untuk :

-    mensintesis pengetahuan mengenai usaha-usaha kooperatif, kompetitif, dan individu-alistik;
-    memformulasi model-model teoritik mengenai sifat kooperasi dan komponen-komponen esensialnya;
-    menyelenggarakan suatu program riset sistematik untuk mengkaji teori-teori itu;
-    menerjemahkan teori yang divalidasi ke dalam suatu perangkat strategis dan prosedur-prosedur yang konkrit

untuk mempergunakan "cooperation" (bekerja bersama) di kelas-kelas,   sekolah-sekolah, dan di lingkungan Dinas-dinas Pendidikan;

-    membentuk dan memelihara suatu "network" (jaringan) sekolah-sekolah dan perguruan-perguruan tinggi mengimplementasi strategi-strategi & prosedur-prosedur kooperatif - tersebar di                 Amerika Utara & berbagai negara lain di dunia.

Pada awal 1970 an David DeVries & Keith Edwards pada Universitas "Johns Hopkins" (di Amerika Serikat) mengembangkan TGT (Teams-Games-Tournaments) dan Sholmo mengembangkan prosedur investigasi kelompok bagi kelompok-kelompok pembelajaran kooperatif. Pada akhir 1970 an, Robert Slavin memperluas karya DeVries & Edwards dengan memodifikasi TGT ke dalam STAD (Student-Team-Achievement-Divisions) dan memodifikasi "computer-assisted instruction" ke dalam TAI (Team-Assisted Instruction). Secara berbarengan, Spencer Kagan mengembangkan prosedur "Co-op  Co-op" dan pada 1980 an Donald Dansereau mengembangkan sejumlah prosedur kooperatif - yang disebutnya "scripts" (naskah-naskah acuan).

Bagaimana di Indonesia ? Menurut hemat penulis N.A Amtembun , strategi pembelajaran kooperatif ini sudah & sedang dikembangkan ... kendatipun masih sporadis dan informalistik sifatnya. Melalui tulisan ini, mudah-mudahan strategi pembelajaran ini dilegalisasi & digalakkan implementasinya - terutama di sekolah-sekolah yang kini sedang mengembangkan Sistem SBM (School-Based Management) atau MBS (Manajemen Berbasis-Sekolah).
Selanjutnya dibahas landasan-landasan teoritik dan penelitian bagi strategi pembelajaran ini.

N.A Ametembun Strategi Pembelajaran Kooperatif

http://supervisiametembun.blogspot.com/

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun