"Lukanya, banyak? Gamma bikin Harris marah nggak?"Â
Yuda mengangguk pelan, beranjak untuk duduk di samping Jeya. Pelukan Yuda membuat tangis yang Jeya tahan menghilang, tangisan pilu yang membuat Yuda menahan amarah. Beruntung Gamma tidak ikut ke UKS, bisa bahaya.
"Nggak ada perselingkuhan yang pantas di maafkan, Jeya" Lirih Yuda "Termasuk kelakuan Harris ke lu. Sudah selingkuh, bohong, egois, toxic. Semua dia borong"Â
Semua perbuatan menyakitkan Harris, membuat Jeya tersadar. Tidak semua cinta itu berbalas, tidak semua rasa perlu dirasakan. Pada akhirnya hanya ia sendiri yang merasakan.
Harris berhasil membuatnya percaya, membuat Jeya bergantung padanya. Tanpa menyadari jika semua itu akan berbalik padanya. Saat rasa sayang memudar, tapi Harris enggan mengakhiri hubungan mereka.
Hari-hari manis mereka berubah menjadi perdebatan tanpa akhir, menyudutkan Jeya yang kebingungan. Pertanyaan berulang sering Jeya lontarkan 'Salahku apa?' dan Harris hanya diam seribu bahasa. Tidak ada jawaban pasti, semua hanya akal-akalan untuk menutupi kejahatannya.
Harris terlambat meyakinkan Jeya, memperbaiki yang salah dan kembali mencintai Jeya. Tangis itu membuat hatinya berdenyut sakit, seakan semua amarah Jeya menekan hatinya. Jeya terlalu baik untuk dirinya yang bodoh.
'Aku harap, tidak pernah bertemu kamu lagi, kak'
Perkataan tersebut menjadi akhir dari hubungan mereka dan Harris menyesali perkataannya sendiri.
"Maaf Kak Jeya, aku bodoh"Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H