[caption id="attachment_313148" align="aligncenter" width="640" caption="Ketakutan dasarnya timbul dari emosi yang dialami (Dok: Kasembon Rafting)"][/caption] Pernahkah Anda membayangkan bagaimana rasanya terjun dan menembus arus sungai dari ketinggian 4 meter, dibandingkan melalui sungai dengan kedalaman 1 meter dengan arus yang sama. Mana yang membuat Anda lebih takut? Tentu lebih menakutkan berjalan melalui arus sungai dari ketinggian 4 meter bukan? Padahal kita sama-sama melalui sungai. Lantas apa yang membuatnya berbeda? Ketakutan. Persepsi takut jatuh, takut akan ketinggian, terbentur batu, tidak bisa berenang, itulah yang membuat kita ragu menghadapinya.
Ketakutan pun sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari kala kita cemas dan khawatir akan suatu permasalahan atau kendala. Tidak terkecuali dalam dunia kerja: takut gagal, takut tidak berhasil, takut dimarahi atasan, takut tidak memenuhi target, takut pekerjaan tidak sempurna dan ketakutan-ketakutan lainnya. Tanpa disadari ketakutan itu akan membentuk pola pikir sedemikian rupa sehingga menghalangi dan membuat ragu akan potensi di dalam diri bahwa kita mampu melakukan atau melaluinya. Hanya karena masalah persepsi dicemari oleh ketakutan sehingga ikut mempengaruhi kinerja.
Ketakutan itu jika dibiarkan, akan terus berkembang dan mempengaruhi perilaku sehari-hari. Orang yang diselimuti ketakutan biasanya akan merasa rendah diri, kecil hati dan tidak mampu menangani masalah karena timbul kecemasan-kecemasan akan kemampuan dirinya. Pada saatnya hal ini akan menyulitkan dalam meraih impian atau tujuan yang hendak dicapai. Menghalangi untuk berprestasi, secara otomatis berimbas dengan pencapaian kinerja tim.
Albert Einstein pernah berkata bahwa manusia rata-rata hanya menggunakan 2% dari kemampuan otaknya saja, 98% sisanya seringkali tidak disadari atau bahkan tidak digunakan. Salah satu faktornya timbul karena takut gagal, takut tidak mampu, takut mengambil resiko dan lain sebagainya. Banyak orang yang mundur dari impian mereka karena timbulnya beragam ketakutan dan keraguan. Apa lantas mau bertahan dengan kondisi seperti itu?
Tips berikut mungkin bisa membantu Anda mengatasi ketakutan dan keraguan setidaknya dari dalam diri Anda sendiri:
Kenali sumber ketakutan Anda
Ini adalah poin terpenting, sebelum menyelesaikan masalah kenali dulu sumber masalahnya apa baru cari solusi tepat menanganinya. Sama dengan ketakutan. Anda harus tahu terlebih dahulu kendala apa yang membuat Anda takut. Kegagalankah? Target yang terlalu tinggikah? Dengan begitu Anda bisa mencari solusinya. Menurunkan target atau memacu kerja dengan strategi lebih cerdas untuk dapat memenuhi target tersebut. Jika takut akan kegagalan, ada baiknya Anda terus belajar.
Buatlah komitmen
Ada kalanya Anda harus berani menantang diri Anda sendiri. Buatlah sebuah daftar impian atau tujuan Anda, dan putuskan bahwa Anda ingin hidup bahagia karenanya. Buat komitmen dan tunjukkan pada diri sendiri sejauh apa Anda mampu bertahan dalam komitmen tersebut. Sejauh mana Anda mau melawan ketakutan Anda dan mewujudkan impian Anda. Tidak peduli seberapa menantang, seberapa takut, atau mungkin kelihatan tidak mungkin untuk dicapai, putuskan bahwa Anda tetap akan meraihnya! Kenapa? Karena orang lain tidak akan melakukannya untuk Anda.
Ciptakan mantra positif
Anda bukanlah budak ketakutan Anda. Dibanding anda berpikir "saya takut, saya khawatir, saya cemas", belajarlah untuk mengatakan, "ada bagian dalam diri saya yang takut, namun bagian diri yang lain juga ingin terus bergerak untuk maju." Kunci ketakutan adalah bukan tentang siapa Anda, melainkan emosi yang Anda alami. Terus ciptakan motivasi jika perlu mantra positif yang menumbuhkan kepercayaan dan keyakinan dalam diri Anda. Membaca buku-buku kisah sukses dari orang terkenal dan quotes dari mereka melalui twitter mungkin akan membantu memotivasi diri dalam keseharian.