[caption id="attachment_341817" align="aligncenter" width="576" caption="Rehat sejenak dengan kopi (dok: Dian Y)"][/caption]
Pasar saat ini tak hanya menjadi pusat kegiatan ekonomi masyarakat, akan tetapi juga sebagai pusat wisata. Beruntung saya mendengar informasi mengenai Pasar Hamadi ini dari rekan kerja yang juga penduduk asli Jayapura. Tak banyak berunding, saya langsung putuskan berangkat kesana besok pagi berburu oleh-oleh dan melihat langsung seperti apa sih Pasar di Jayapura itu?
[caption id="attachment_341818" align="aligncenter" width="576" caption="Di dalam Pasar Hamadi (dok: DianY)"]
Sudah modern dan tertata dengan baik, jauh dari perkiraan. Bayangan kumuh dan beceknya pasar seketika terhapus ketika berjalan dari parkiran motor. Lantainya sudah berkeramik dan tertata rapi, sama seperti pasar modern di kota-kota lain pada umumnya.
Saya tanya pada kawan, "bolehkah mereka (pedagang) saya ambil fotonya?" Dengan logat khas ia menjawab, "tak apa Ibu potret saja."
Saya keluarkan kamera dari tas saya dengan grogi, takut ditegur tapi amanlah pikir saya memotret mereka. Kan saya bersama orang sini.
[caption id="attachment_341822" align="aligncenter" width="576" caption="Selain sagu juga menjual cinderamata (dok: Dian Y)"]
Umbi-umbian, sagu dan ketela menjadi mayoritas primadona di pasar Hamadi. Bahkan disini pun ada bunga pepaya yang sudah siap santap. Hmmm..mengingatkan saya akan masakan Ibu di rumah.
[caption id="attachment_341824" align="aligncenter" width="576" caption="Transaksi jual beli (dok: Dian Y)"]
Hal lucu terjadi ketika saya meminta foto para penjual umbi. Mereka mengijinkan asal saya beli dagangan mereka paling tidak 2 kg, wah buat apaan ketela sebanyak itu? Jurus nego dilancarkan, saya dapat ijin setelah saya bilang wajah mereka akan terpampang di internet.
[caption id="attachment_341826" align="aligncenter" width="576" caption="Bu, saya tepati janjinya nih (dok: Dian Y)"]