Membawa lima anak usia antara 3-15 tahun untuk berlibur memang repot-repot asyik . Kalau di turuti barang bawaannya bisa kayak orang pulang kampung. Malah kadang persiapannya sudah membuat penat sebelum berangkat. Kalau itu terjadi ibu atau ayah pasti lebih tegang dan bisa merusak suasana berlibur yang seharusnya ceria dan menyenangkan. Selain persiapan perlengkapan libur, bagi kami persiapan fikiran juga penting. Apalagi kami lebih senang liburan di alam terbuka ke gunung, pantai, tidur di alam bebas atau tempat-tepat yang justru belum atau jarang di kunjungi orang. Artinya antisipasinya harus lebih ketibang kita menginap di hotel misalnya. Sebelum berbagi tips saya akan berbagi sedikit pengalaman perjalanan kami yang biasanya memakai mobil pribadi.
Seperti di akhir tahun 2004 , ujung Desember , setelah tsunami melanda Aceh kami memberanikan diri kemah ke Ujung Genteng, Sukabumi. Walaupun deg-degan karena musibah itu masih santer di bicarakan di mana-mana, tapi karena rencana liburan sudah di jadwalkan sebelum musibah jadi juga kami berangkat. Waktu itu anak terkecil kami berusia 6 bulan. Kami berkemah di pantai Ujung Genteng yang berpasir putih, sunyi dari orang yang lalu lalang , tapi berdeburan ombak dari Samudra Hindia, sementara pikiran masih was-was kalau-kalau tsunami tiba-tiba melanda tempat liburan kami . Tapi menanti penyu-penyu bertelur di malam yang gelap tanpa lampu ternyata membuat anak-anak gembira, takut dan takjub. Kami tahu ada musim penyu bertelur di bulan itu dari internet. Sementara langit bertabur bintang, sekitar tempat kami duduk gelap gulita, hanya ada kelap-kelip lampu mercu suar di ujung pulau. Kami tidur di pasir yang hangat, barang bawaaan bertebarana di ujung-ujung kaki. Waktu itu pukul sepuluh malam, antara takut dan harap sebab tak ada seorangpun yang lewat, kecuali keluarga kami.
Tiba-tiba terdengar suara-suara di kejauhan, awalnya saya kaget, takut ada penampakan (dasar penakut J) anak terkecil saya gendong erat-erat, suami bersiaga, anak yang lebih besar di suruh untuk memegang kuat-kuat selimut mereka yang tertiup angin kencang. Tapi rupanya terlihat secercah sinar yang makin lama makin mendekat ternyata patromaks yang di bawa beberapa orang. Kamipun memutuskan mendekat, ternyata mereka robongan yang ingin melihat penyu bertelur pula. Tapi patromaks mereka matikan karena khawatir penyu akan kabur kembali ke Samudra Hindia dan tak jadi bertelur. Maka kami kembali gelap-gelapan di tingkahi deburan ombak.
Hingga tibalah saat mendebarkan , lewat nyala senter yang di hidup matikan, terlihat sesuatu yang bulat pipih berdiameter satu meteran bergerak dari arah laut …bukan satu…dua …atau lima ! Tapi Banyak , seperti pasukan bergerak pelan-pelan mengarah ke pantai. Itulah yang kami nanti …Penyu ! Mereka berjalan perlahan mencari-cari tempat yang cocok , lalu berdiam dan mulai menggali dengan kaki dan tanggannya yang kuat seperti dayung. Anak-anak memandang antara takut dan takjub, beberapa kali mereka terkena semburan pasir yang di kayuh kuat-kuat oleh si penyu yang rupanya tengah membuat sarang untuk menetaskan telur-telurnya. Anak-anak berusaha menyentuh punggung penyu. Dengan senter kami melihat puluhan telur-telur yang terlihat lunak masuk ke dalam lubang yang sudah disiapkan induk penyu. Setelah selesai bertelur, kembali induk penyu menutupi telur-telurnya dengan pasir lewat dayungan tangannya yang sangat kuat. Dari mata induk penyu terlihat keluar seperti air mata, lalu perlahan penyu itu kembali ke samudra. Ah libur murah & yang seru !
Pernah juga kami sekeluarga kemping di gunung Salak, waktu itu hari mejelang setengah lima sore, kabut tebal, udara sangat dingin , tapi kami masih berjalan-jalan di hutan. Keadaan sangat sunyi , hanya sesekali bunyi jangkring dan walang berdesing meningkahi langkah-langkah kami yang menginjak semak-semak dan ranting pohon yang berguguran. Walaupun mendung berat dan kabut dengan jarak pandangan hanya duameteran kami berjalan dengan setengah tenang setengah kecut. Tiba-tiba terdengar suara auman. “Auuum !”
Suara singa yang berat, seperti teriakan yang melalui sebuah pipa besar. Sengau, berat dan menggema. Awalnya saya merasa berhalusinasi , hanya saling berpandangan dengan suami yang menggendong anak yang paling kecil berusia tiga tahunan. Sementara saya menggembalakan 4 anak yang berbaris di muka. Kami melanjutkan perjalanan. Lalu suara itu terdengar lagi : Aaauuuum !”
Sontak saya mengajak anak-anak berbalik,”Ayo cepat…cepat lari..lari, balik pulang !!” semua panik. Suami berusaha menenangkan. “Nggak papa tetap jalan dengan tenang !”
Tapi saya kadung takut karena membayangkan kepala anak-anak saya akan di terkam singa gunung yang belum kami ketahui bentuknya. “Ibu…ibu aku takut “
“Hush, jangan panic…tenang ,tetap lari ….ayo-ayo !”
“Gak pa-pa anak-anak ayo jalan lagi…”suara suami kembali berusaha menenangkan.
“Itu cuala bebek wek…wek ,” kata anak saya yang paling kecil yang tengah di gendongan ayahnya. Ayahnya terlihat cengar-cengir di bela anaknya. Tapi rupanya saya sangat kecut, anak-anak saya perintahkan kembali ke tempat kami pertama meletakkan barang.
Waktu kami sudah di tempat yang aman dan bertemu pekerja yang bisa keluar masuk hutan, ia menjelaskan memang masih ada beberapa kucing hitam serupa panther yang kadang berkeliaran mencari makan. Wah untung waktu itu saya segera kabur dari TKP. Kalau tidak, pulang liburan bisa tinggal nama…naudzubillah.
Dari beberapa liburan itu kami punya tips yang mungkin bisa bermanfaat :
1. Pikiran harus tetap fresh walaupun persiapan libur bisa membuat kita sibuk berjam-jam atau bahkan butuh waktu 1-2 hari. Anak-anak pasti akan bertanya ini- itu, merengek minta bawa ini itu, sementara pikiran anda juga sedang sibuk mengingat-ingat apa yang akan di bawa. Di jalan kadang anak-anak juga rewel, maka anda harus rileks …mapping fikiran bahwa hal ini adalah saat kebersamaan yang menyenangkan, yang lain kali mungkin tak akan terlulang lagi karena anak-anak lebih senang berpergian dengan teman sebaya mereka.
2.Jelaskan kepada anak kemana tujuan kita dan apa saja resikonya atau perkiraan yang akan mereka alami.
3.Siapkan keamanan kendaraan, makanan, minuman secukupnya, bila di tujuan nanti bisa membeli tak usah bawa makanan banyak-banyak hingga membuat sempit mobil.
4.Bawa juga , baju, jaket, obat, sandal,peralatan mandi, peralatan ibadah, peralatan main selama di perjalanan, bila musim hujan jangan lupa payung atau jas hujan. Agar tidak kotor atau basah baju bisa di bungkus plastik kresek sebelum masuk ransel.
5.Agar lebih mudah siapkan daftar barang yang akan di bawa untuk tiap anak dan biarkan mereka menyiapkan sendiri, yang akan anda cek sebelum masuk tas .
6.Bagi anak yang sudah bisa membawa tas sendiri, masukkan kebutuhan pokok perjalanan seperti baju ganti, jaket, sandal, cemilan kecil, botol minuman, tissue, handuk kecil, obat-obat khusus…ke masing-masing ransel mereka. Hal ini akan memudahkan anda karena kalau butuh sesuatu anak tidak merengek karena bisa langsung mengambil dari tas bawaannya. Tentu saja berat ransel di sesuaikan dengan kekuatan mereka membawa. Sisanya bisa anda masukkan ke tas utama di bagasi.
7.Bagi anak yang terkecil jangan lupa membawa popok bayi sekali pakai. Agar anak-anak tak mudah masuk angin biasanya pusarnya di beri plester atau di beri sedikit obat turun panas atau jamu ramuan jahe. Bila udara dingin, plester/handyplast yang di tempel di hidung anak-anak membantu mereka tidak mudah pilek.
8.Siapkan peta dan cari informasi sebanyak-banyaknya tempat yang akan kita tuju beserta alternatif jalannya.
9.Sebelum berangkat sebaiknya anak-anak sudah sarapan atau bawa sarapannya dan makan di mobil. Suruh juga mereka pipis dan pup sebelum berangkat hingga tidak merengek di jalan. Kadang bila perjalanan jauh mereka bisa beberapa kali minta turun pipis, kalau masih ada pom bensin atau pertokoan masih belum repot, tapi kalau sudah di daerah hutan atau jauh dari perkampungan anda butuh persiapan beberapa botol air untuk membasuh kotoran. Letakkanbotol-botol ini di bawah tempat duduk, awas jangan tertukar dengan air minum.
10.Periksa kembali apakah anda sudah membawa charger , santer , tikar dll yang mungkin akan dibutuhkan.
11.Terakhir berdoalah sebelum berangkat dan pamit pada orang tua atau saudara yang bila terjadi sesuatu tak sulit mencari anda.
Nah ,selamat berlibur semoga menyenangkan !
(Dian Yasmina Fajri)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H