Mohon tunggu...
Dianwijaya
Dianwijaya Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Nicko Krisna Menuduh Pejuang NKRI Kurang Gizi, Ia Lebih Suka Hidup Dijajah

13 Mei 2018   10:22 Diperbarui: 13 Mei 2018   12:51 1544
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dahulu, 350 tahun yang lalu, penjajahan terjadi di mana-mana. Bangsa  yang satu mencaplok bangsa lainnya. Melalui perjuangan panjang yang  mengorbankan darah dan air mata, Indonesia merdeka di tahun 1954.

Kini  jaman telah berubah, paradigma tentang penjajahan juga telah mengalami  perluasan makna di mana dahulu penjajahan terjadi dengan melibatkan  secara fisik atas pendudukan suatu bangsa terhadap bangsa lain, kini  penjajahan bisa terjadi di mana saja dan kapan saja. Penjajahan ekonomi  telah terjadi di berbagai entitas. Penjajahan produk, penjajahan  kontent, dan sebagainya. Dan Indonesia telah berhasil melewati itu semua.

Sebagai negara yang menjunjung tinggi  nilai-nilai kemanusian, Indonesia sangat menentang dan menolak adanya  penjajahan di atas dunia. Hal ini secara tersirat dan tersurat secara  tegas di dalam alinea pertama UUD 1945. Kita semua merasa bersyukur dan  bangga dengan kemerdekaan yang telah kita miliki. Melalui perjuangan  yang sangat panjang, para pejuang dan pahlawan pendulu kita telah  mengusir para penjajah dengan berkorban jiwa dan raga. Ribuan bunga  bangsa telah berguguran di bumi pertiwi atas nama cinta tanah air.  

Berpuluh tahun bangsa Indonesia merayakan kemerdekaannya dengan khidmat.  Setiap siswa pada sekolah-sekolah dengan tekun memaknai kemerdekaan  penuh haru, kecintaan terhadap bangsa dan negara, tanah air, tumbuh  dengan sendirinya menjadi kecintaan luar biasa demi meneruskan  perjuangan para pendahulu, mempertahankan dan mengisi kemerdekaan Republik  Indonesia.

Kini, setelah puluhan tahun semua orang menghormati  arti kemerdekaan, kita dikejutkan dengan tingkah polah  anak-anak alay yang berfoto di atas patung pahlawan. segelintir anak  muda labil yang melecehkan simbol perjuangan. Dengan seenaknya mereka duduk di  atas patung pahlawan kemerdekaan. Sungguh, tindakan busuk tak bermoral, tidak  menghargai jasa dan para pahlawan itu sendiri.

Foto: unikmenarik.com
Foto: unikmenarik.com
Terbaru  adalah statemen dari seorang oknum netizen, admin sekaligus pemilik salah satu Grup  Facebook yang beranggotan jutaan member. Melalui postingan di laman  pribadinya, Nicko krisna menyatakan bahwa dia lebih suka hidup di bawah  penjajahan (meneer-meneer Belanda). Ia menganggap bahwa perjuangan para  pahlawan bangsa sebagai hal yang tidak mungkin bisa menang karena mengandalkan  bambu runcing sebagai senjatanya. Bahkan di postingan tersebut Nicko  Krisna menuduh para penjuang sebagai kurang gizi. Orang kurang gizi  yang menurutnya tidak mungkin bisa melawan para penjajah yang  memiliki alat-alat tempur canggih pada waktu itu.

Foto: facebook.com
Foto: facebook.com
Foto: facebook.com
Foto: facebook.com
Miris.  Benar-benar miris. Seorang admin grup beranggotakan jutaan member  bisa mempunya pemikiran sepicik itu, kata-kata di postingan tanggal 10  mei 2018 sontak membuat sebagian memnber meradang. Beberapa yang mengaku  sebagai keturunan pejuang merasa terhina atas statemen tersebut.  Sebagian member yang di dalam hatinya masih ada kecintaan terhadap tanah air  ramai-ramai menentang statemen busuk itu.

Beberapa waktu kemudian, seolah membenarkan apa  yang telah dikatakannya, Nicko krisna kembali  memposting pembelaan diri yang ternyata tetap saja tidak menghargai jasa  para pahlawan bangsa. Kemudian Nicko krisna mengundurkan diri  dari grup yang ia dirikan itu, entah sebagai tindakan lari dari  tanggungjawab atas pernyataannya atau bagaimana, kini si pemilik grup  itu tidak lagi tergabung dalam grup beranggotan jutaan member ini.  Semoga hal ini tidak menular kepada orang lain.    

Foto: facebook.com
Foto: facebook.com
sumber: dari berbagai sumber

https://www.facebook.com/ina.dunda/posts/2260363860656826

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun