[caption id="attachment_675" align="alignright" width="300" caption="Foto: Tangan Tuhan Suarez (AP)"][/caption] Dramatis. Itulah kesan ketika menyaksikan pertandingan perempat final antara Ghana melawan Uruguay. Bahkan bisa dibilang ini pertandingan paling dramatis, paling tidak sampai babak empat besar, di Piala Dunia 2010. Pertandingan ini dramatis karena berakhir dengan adu pinalti dan penuh insiden. Dalam pertandingan dramatis itu, Ghana main cukup bagus. Banyak peluang untuk menang dimiliki Ghana, namun takdir tak mengijinkannya menang. Sebuah “Penyelamatan Tangan Tuhan” hadir membuyarkan mimpi Ghana. Sepanjang pertandingan yang digelar Sabtu (3/7) di Soccer City Stadium, Johannesburg gempuran ke gawang dilakukan ke dua tim silih berganti. Ghana kemudian unggul lebih dulu lewat gol Sulley Muntari lewat tendangan jarak jauh keras kearah gawang, yang gagal dihadang kiper Nestor Muslera. Namun di babak ke dua Forlan berhasil menyamkan skor saat tendangan bebas bagi Uruguay berhasil dilesakkannya secara sempurna ke dudut gawang Ghana. Pertandingan pun kembali imbang. Banyak peluang terjadi, tapi sampai waktu habis skor 1:1 tak berubah. Akhirnya perpanjangan waktu pun dilakukan. Di sini terlihat Ghana tampil menekan. Saat babak perpanjangan waktu hampir habis, Ghana mendapatkan peluang terbaik. Terjadi kemelut di depan gawang Uruguay. Tendangan ke gol berhasil di blok kipper Uruguay, tapi masih ada Adiyiah yang menanduk bola kembali ke gawang. [caption id="attachment_676" align="alignleft" width="300" caption="Foto: Tangan Tuhan Suarez (AP)"][/caption] Namun tangan bek Uruguay Luis Suarez menggagalkannya. Suarez memblok bola dengan tangan ala permainan voley. Kontan saja Ghana ptotes dan wasit menghadiahi kartu merah untuk Suarez. Ghana pun mendapat hadiah tendangan pinalti. Namun sial bagi Ghana, Asamoah Gyan gagal menjadi algojo sehingga pertandingan berakhir imbang dan harus ditentukan dengan adu pinalti. Sial itu menjadi tanda sial Ghana di adu pinalti. Saat adu pinalti dua pemain Ghana John Mensah dan Dominic Adiyiah gagal melesakkan Jabulani ke gawang lawan. Sementara Uruguay hanya gagal lewat Maximiliano Pereira. Akhirnya pertandigan pun ditutup dengan kemenangan Uruguay 4-2. Ghana pun kalah dan tersingkir. Kekalahan membuyarkan mimpi Afrika. Sebab Ghana adalah satu-satunya wakil Afrika yang masih tersisa. Slogan its time for Africa pun layu dan menjadi isn’t time for Africa. Namun kekalahan Ghana adalah kekalahan terhormat. Ghana kalah terhormat karena dia dikalahkan oleh kecurangan. Andai Suarez tak curang memblok bola dengan tangan, maka Ghana lah yang akan menang tanpa harus adu penalti. Kecurangan yang dilakukan Suarez ini mengingatkan kita pada apa yang dilakukan Diego Maradona di Piala Dunia Meksiko pada 1986 silam. Bedanya, kalo Maradona memakai tangan untuk mencetak gol, Suarez memakai tangan untuk aksi penyelamatan dan menggagalkan gol. Jika apa yang dilakukan Maradona disebut “Gol Tangan Tuhan”, maka yang dilakukan Suarez ini bisa disebut “Penyelamatan Tangan Tuhan”. Kedunya memiliki kesamaan; sama-sama kecurangan, sama-sama menyebabkan kandasnya tim lawan di Piala Dunia. Kebetulan juga keduanya sama-sama memakai kostum biru muda dan sama-sama orang Amerika latin. [caption id="attachment_677" align="alignright" width="234" caption="Foto: Tangan Tuhan Maradona (dailymail.co.uk)"][/caption] Tapi tidak diketahui apakah Suarez meniru atau terinspirasi Maradona atau tidak. Untung juga Suarez ini orang Uruguay bukan Argentina, jika dia pemian Argentina pasti orang akan menuduh Maradona yang menularkan “ilmu hitam” itu. Namun yang jelas kesan tim Amerika latin suka menghalalkan segala cara, seolah dibenarkan oleh aksi Suarez itu. Keputusan wasit sudah benar dengan mengusir Suarez dengan kartu merah. Namun hukuman tak boleh hanya berhenti di situ saja. FIFA perlu memberikan sanksi tambahan pada Suarez. Sebab dengan jelas dia melakukan kecurangan yang menciderai semangat Fair Play. Dalam Piala Dunia 2010 ini semangat Fair Play memang tidak tampak gencar dikampanyekan seperti sebelumnya. Namun itu bukan jadi alasan pemian tidak menjalankannya. Maka untuk menegaskan semangat Fair Play masih ada, FIFA harus tegas pada Suarez dan siapapun yang melakukan kecurangan serupa. Jika itu tidak dilakukan, maka akan jadi preseden munculnya “Tangan Tuhan” lain. Jika tidak dim omen Piala Dunia kali ini mungkin di momen selanjutnya. Bahkan mungkin akan menular tidak hanya dari Amerika latin saja, tapi menular ke Eropa sampai Asia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H