Mohon tunggu...
Dian Topan Arif Pribadi
Dian Topan Arif Pribadi Mohon Tunggu... -

Husband | Father | Executive | Author | Speaker

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Throw me to the Wolves and I will return leading the Pack

15 Januari 2017   22:08 Diperbarui: 16 Januari 2017   12:19 305
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

“Have you ever been in a situation where you felt all odds were against you.? What about a situation where you had to take a risk and the numbers of your experience did not meet up the standards required or needed.?”

Setiap orang pasti pernah merasakan berada dalam satu fase line terendah dalam hidupnya. Seakan-akan berdiri sendirian di satu zona, dan orang lain berada di zona yang berbeda. Being such different, anything tends to be wrong no matter how hard you try to change the situation

Seberat apapun pressure yang didapatkan, cobalah melihat dari point of view yang berbeda. Take a deep breath, then move your mind to another place.Problems, barriers, limitation, troubles, atau apapun istilahnya itu hanya ada dalam pikiran kita. Pernah nonton filmInside Out.? (worth to watched, anyway). Film ini mengambil space di dalam sebuah pikiran seorang anak berusia 11 tahun bernama Riley. Bocah cilik ini mencoba untuk dealing dengan 5 (lima) personifikasi emosi yang ada dalam pikirannya-Joy, Sadness, Fear, Disgust, dan Anger. Dari film ini kita belajar bahwa segala jenis emosi dan perasaan itu memiliki room-nya masing-masing dalam pikiran kita. 

Tergantung kita mau masuk ke room yang mana saat menghadapi situasi tertentu. It’s all about choices. Ketika kita berada dalam satu kondisi tertekan secara psikologis, emosi kita secara otomatis akan menuntun kita masuk ke dalam ruangan Sadness(Kesedihan) atau Anger (Kemarahan). Keputusan kita lah yang harus menentukan berapa lama kita berada diroom tersebut. Kapan kita keluar dan menutup pintu Sadness atau Anger,lalu pindah dan masuk ke room lain yang bernama Joy (Kebahagiaan) atauOptimistic (Optimisme). But don’t forget, try to erase first the word “impossible” in our mind

Saya jadi teringat dengan sebuah speechyang disampaikan oleh Sundar Pichai(CEO Google). Terkenal dengan istilah “Cockroach Theory“. Kualitas hidup kita ditentukan oleh bagaimana RESPONDkita, bukan REACT. Me-Respon, bukan ber-Reaksi.! “Person who is Happy is not because everything is Right in his/her life. He/she is Happy because his/her attitude towards everyhing in life is Right.” Reaksi adalah ketika kita panik dan tetap terjebak dalam pikiran yang “galau” (meminjam istilah ABG jaman sekarang). Sedangkan Respon adalah ketika kita memilih untuk move on dan mulai membangun atmosfir atau situasi positif dalam hidup kita. 

“Seorang pelayar handal tidak lahir di samudera yang tenang”. Biarkan kondisi-kondisi yang sulit tersebut menjadi sekumpulan serigala ganas yang siap menerkam dan memangsa kita hidup-hidup. Challenges will make you or break you. Biarkan diri kita dilempar ke dalam segerombolan serigala yang kelaparan, taklukkan mereka, lalu kembalilah ke dunia luar menjadi pemimpin dari kumpulan serigala tersebut.

Para penggemar klub sepakbola Manchester United pasti tidak asing dengan istilah ini: The King of Comebacks. MU pernah begitu identik dengan sebutan tersebut. Berulang kali MU kebobolan gol sejak menit-menit awal, namun di menit-menit terakhir mereka mampu comebackdan mengembalikan keadaan. Prediksi kekalahan dengan seketika berubah menjadi Kemenangan. Comeback dari situasi tersulit dan under-pressure ini bukan sesuatu yang mudah, dibutuhkan mental juara yang kuat dan confidence level yang tinggi. 

Mampukah kita menjadi King of the Comebacksdan Leader of the pack of Wolves.?Kembali ke mindsetkita sendiri. Kita yang mengendalikan pikiran kita sendiri. Kita yang menentukan kapan kita masuk ke sebuah room dan kapan kita pindah ke room yang lain. 

Jangan lupa, seorang pemikir bijak pernah berkata: “do not judge people by where they are in moments of comfort, but how they behave in moments of challenge.”

..the secret of life, though, is to fall seven times and to get up eight times..“-Paulo Coelho.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun