Mohon tunggu...
Dianti Lactea
Dianti Lactea Mohon Tunggu... -

Biasa, bisa. Tidak basi, tidak bias.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mbak-mbak Busana Mini di Thailand, Biasa Banget!

24 September 2011   06:50 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:40 2836
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya baru tahu publik Indonesia baru kena heboh rok mini sebagai buntut kasus pemerkosaan di sebuah Angkot diJakarta. Lalu, pakai rok mini jadi perdebatan sengit. Rok mini di negeri kita rupanya masih menyisakan masalah sosial besar.

Boleh ya saya cerita sedikit eksistensi busana (rok dan celana) mini di Thailand.

Sepanjang pengetahuan saya, rok mini dan shorts adalah busana bawahan sehari-hari perempuan Thailand. Kalau bertandang ke manapun di Thailand, pemandangan ini bisa saja, bukan sesuatu banget (Syahrini, thanks for letting me use your typical quote). Mbak –mbak mini bisa Anda jumpai di mal-mal, pasar, kedai, kendaraan umum, perkampungan dan sebagainya.

[caption id="attachment_137008" align="aligncenter" width="558" caption="Chiang Mai : bersepeda motor pakai mini, biasa (foto : Dianti Lactea)"][/caption]

Kalau Anda pas berada di pinggir jalan pada saat jam berangkat atau pulang sekolah, berseliweranlah para mahasiswi dengan rok (super) mini, duduk dengan penuh percaya diri mengemudi atau membonceng motor. Sekadar informasi, seragam mahasiswi Thailand dinobatkan sebagai seragam terseksi di dunia seperti ditulis seorang Kompasianer DI SINI.

[caption id="attachment_137011" align="aligncenter" width="300" caption="Rok mini seragam mahasiswi, terseksi di dunia (Foto : www.lifeisreallybeautiful.com)"][/caption]

Jika Anda berniat lebih teliti, rok mini yang dikenakan si nong (mbak) di atas sadel motor akan tertarik sedikit ke atas dan membiarkan belahan lutut ke atas terbuka bebas, dan maaf, ya, saya tak mengijinkan Anda untuk membayangkan bagaimana pemandangan dari sudut pandang 25 centimeter di bawah dari kotak speedometer ke arah jok sepeda motor.

[caption id="attachment_137009" align="aligncenter" width="558" caption="Bangkok : siang-malam, biasa saja (Foto : Dianti Lactea) "][/caption]

Pakai busana mini juga tak kenal waktu; siang dan malam, bahkan pada saat musim dingin sekalipun (September- Januari). Saya sering lihat cewek-cewek muda biasa (bukan PSK) belanja sendiri lewat tengah malam di toko-toko swalayan, pakai shorts mini dan tank-top.

Hebatnya, nyaris tak terdengar kasus pemerkosaan perempuan lokal di Thailand. Jika kurang percaya, silakan masukkan kata kunci ‘rape cases in Thailand’ di kotak search Google; tak banyak atau hampir tak ada informasinya. Yang ada adalah kasus pemerkosaan wisman asing oleh pemuda lokal pelaku industri pariwisata semacam supir taksi atau pemandu.

Kok bisa pemandangan indah perempuan muda berbawahan mini tak banyak mengerek syahwat lelaki Thailand? Tidak ada yang jahil towel-towel, suit-suit atau melontarkan komentar-komentar negatif? Jawabannya sederhana : karena kaum lelakinya sudah punya penyaluran yang cukup, yakni prostitusi. Menurut www.sexwork.com, dari sebuah survai perilaku seks, didapat fakta bahwa setiap hari rata-rata 450.000 lelaki Thai berkunjung ke loka-loka prostitusi. Survai itu juga menyimpulkan bahwa lelaki Thailand merasa punya hak untuk mendapatkan seks yang murah meriah. Selain itu, bagi lelaki Thau, kunjungan ke rumah-rumah pelacuran merupakan a rite of passage, istilah antropologi untuk menjelaskan ritus menuju ke kedewasaan proses inisiasi yang diperlukan lelaki Thailand. 95% dari lelaki di atas 21 tahun sudah pernah berkunjung ke rumah prostitusi. Lelaki usia 21 yang masih ‘perawan’ biasanya jadi bahan olok-olek di kalangan teman.

[caption id="attachment_137012" align="alignnone" width="640" caption="Perempuan kondektur bus juga pakai rok mini (foto : www.dan1988blog.blogspot.com)"][/caption]

Ini menjelaskan kenapa prostitusi demikian marak, dan seperti ‘dibiarkan berkembang dan dilindungi oleh sistem sosial masyarakat’ meskipun sebenarnya prostitusi adalah hal yang ilegal di negeri ini. Di negeri ini, perempuan adalah tulang punggung keluarga. Mereka harus segera cari kerja selepas sekolah, atau bila tak mampu meneruskan sekolah. Pekerjaan yang paling cepat menghasilkan uang sangat luas tersedia di bidang prostitusi. Sumber di www.wikipedia.org menyebutkan, prostitusi bukanlah hal besar karena umumnya saat ini orang Thailand sangat toleran terhadap keterpaksaan-keterpaksaan sosial, seperti halnya prostitusi, yang belakangan ini beroleh stigma ‘positif’ karena pelakunya dianggap sebagai penyelamat kehidupan ekonomis keluarga.

Singkat kata, seperti yang dijabarkan sumber www.sexwork.com, kelonggaran prostitusi inilah yang menekan lajunya angka perkosaan dan percobaan perkosaan ke titik minimum karena calon syahwat jahat calon pelaku telah tersalurkan ke arah yang lebih ‘sehat’ dan tidak berisiko hukum.

Apakah kebebasan dan keamanan berbusana perempuan Thailand berhutang pada dunia prostitusi?

Mudah-mudahan tulisan di atas bisa menambah wawasan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun