Mohon tunggu...
Diantika IE
Diantika IE Mohon Tunggu... Freelancer

Penulis, Blogger, Guru, Alumnus Pascasarjana PAI UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Mudik Nyaman, Sampah Aman Tanpa Berserakan

21 Maret 2025   14:27 Diperbarui: 21 Maret 2025   14:27 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Mudik (gamabr: Abdul Ridwan/Unsplash)

Arus mudik kian ramai. Para perantau mulai berbondong-bondong menuju kampung halamannya masing-masing. Dengan berbekal rindu dan oleh-oleh untuk sanak saudara, mereka rela melakukan perjalanan jauh demi merayakan lebaran bersama di desa.

Soal perjalanan jauh, pemudik diperbolehkan untuk membatalkan/tidak puasa dengan syarat mengganti puasa sebanyak yang ditinggalkan di bulan yang lainnya. Makanya jangan heran kalau sedang di perjalanan kamu menemukan sampah kemasan minuman atau jenis makanan yang lainnya.

Sayangnya, banyak pemudik yang belum sepenuhnya sadar bahwa menjaga kebersihan adalah kewajiban semua orang. Walau sedang melakukan perjalanan sekalipun. Tidak jarang saya menemukan pengendara yang melempar sampahnya begitu saja dari jendela. Atau jika di kendaran umum, sering sekali ditemukan sampah di belakang atau di bawah jok bus. Kendati bus tersebut telah menerapkan peraturan untuk buang sampah pada tempatnya; ada tempat sampah di antar barisan jok penumpang.

Lalu, saat lebaran berlalu, arus balik kembali deras ke arah kota. Di sana pun lebih membuka kemungkinan sampah semakin berserakan di jalanan karena semua orang sudah kembali diperbolehkan makan minum seperti biasa. Apalagi kalau macet, maka ngemil adalah salah satu cara untuk menghilangkan bosan dan menunda lapar.

Sekadar membagi pengalaman, saya pernah mengalami arus balik terlama dari arah Ciamis ke Bandung. Seharunya hanya ditempuh 3-4 jalm jika perjalanan normal, ini sampai 13 jam lamanya di perjalanan akibat terjebak macet total yang menurut saya terlama sepanjang sejarah saya hidup di dunia permudikan. Saya sendiri tidak ingat persis kejadian itu tahun berapa, mungkin sekitar 3-4 tahun ke belakang.

Saat itu kabarnya terjadi kecelakaan. Satlantas setempat menyiasati lalu lintas dengan memberlakukan teknik buka tutup karena ada kecelakaan bus di sekitaran jalur Gentong masih dalam proses evakuasi. Jalur yang dari arah Ciamis pun diarahlan ke garut via Singaparna. 

Laju kendaraanyang awalnya masih bisa bergerak lambat, mendadak mandet total. Kendaraan berhenti sama sekali. Kendaraan kami ikut terjebak di antara kemacetan yang sama sekali berhenti itu. Semua pengemudi kompak mematikan mesin kendaraan bagaikan sedang parkir di sebuah tempat parkir terbuka. 

Selama kurang lebih empat (4) jam lamanya kami dan semua pengguna kendaraan diam dengan panjang kemacetan sejauh 5 km (informasi dari polisi yang kami minta informasi).

Selama empat jam itu pula, para penduduk yang ada di sekitar jalur macet mendadak berjualan makanan. Ada yang menjajakan gorengan, minuman, rujak, bahkan gerobak bakso sengaja dipajang di pinggir jalan karena mereka mungkin sudah mendengar informasi bahwa macet akan berjalan sangat lama. Penumpang pun berhamburan meninggalkan kendaraannya dan bebas jajan, makan serta berjalan-jalan untuk sekadar melenturkan kaki yang terlalu lama dilipat.

Begitu polisi memberikan kode, bahwa giliran jalur kami lah yang boleh berjalan, betapa terbelalaknya mata saya ketika melihat jalanan tempat kami diam sudah berubah menjadi lautan sampah. Ya, sama persis dengan sisa sampah sisa nonton konser di lapangan atau semacam sisa perayaan pesta tahun baru lah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun