Mohon tunggu...
Diantika IE
Diantika IE Mohon Tunggu... Penulis - Freelancer

Penulis, Blogger, Guru, Alumnus Pascasarjana PAI UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bayang-bayang Masa Lalu

1 Februari 2025   13:41 Diperbarui: 1 Februari 2025   13:58 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Megan te Boekhorst/Unsplash       

Entah sudah berapa malam bahkan berhari-hari Elis tidak bisa tidur. Kepalanya selalu dipenuhi dengan bayangan masa lalu. Padahal perempuan yang sebentar lagi akan menginjak usia tiga puluh lima tahun itu tidak pernah menyengaja amemikirkan hal-hal yang sudah sangat lama dilupakannya. Sesuatu yang menyakitkan tidak pernah ingin dikenangnya lagi. Sudah jauh dibuang, dilempar ke lautan yang dalam.

Namun bagaikan datang begitu saja. Muncul di alam bawah sadar, setiap malam ketika Elis hendak pergi tidur, bayangan kelam itu selalu menghantui. Mengambil segenap tenangnya, hingga Elis merasakan kegelisahan yang terus-menerus. 

Matanya terpejam, tetapi tidak juga tertidur lelap. Suara-suara yang dibuat senyap sekalipun terdengar jelas di telinga. Gerakan cicak yang berlari di langit-langit kamar, detak jarum jam dinding, napas suaminya yang tidur lelap tanpa dengkur pun terdengar begitu nyaring.

Bahkan, Elis mampu mendengarkan detak jantungnya sendiri yang berdegup begitu kencang, bersaing dengan riuh ramai di kepalanya setiap malam.

Sebisa mungkin, Elis komat-kamit melafalkan beberapa doa yang dihafalnya. Ayat-ayat suci dan doa yang dio dipanjatkan dengan bahasa sendiri. Meminta pertolongan Tuhan agar ia dibuat amnesia khusus untuk bab yang selalu mengganggu kepalanya itu.

"Kamu kenapa, Dik?" tanya Sasmi, suatu malam.

Suaminya itu ternyata diam-diam kerap memperhatikan jika Elis tidak nyanyak tidur. Namun tidak pernah berani menegur seperti malam ini.

"Akang perhatikan Elis sering terjaga malam hari. Tidurnya tidak nyeyak setiap malam. Ada masalah apa? Coba ceritakan sama Akang," katanya dengan lemah lembut.

Elis hanya menggelengkan kepala. Berusaha menyembunyikan isi kepala dan segala kegelisahannya. Tidak lupa mengulas senyum di wajah, agar Sasmi tidak merasa cemas.

Diliriknya jam yang menempel di dinding kamar, "sudah larut malam, Akang tidur lagi saja. Besok kan kerja harus berangkat pagi," katanya. Dipandanginya wajah Sasmi lamat-lamat. Wajahnya yang teduh dan selalu berhasil memberikan ketenangan itu terlihat tetap tampan dan gagah walaupun kamar mereka hanya disinari oleh lampu tidur remang-remang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun