"Apa kabar anakmu?" tanyaku padanya.Â
"Dia baik-baik saja. Bahkan lebih baik dari apa yang aku sangkakan. Dia adalah penguat bagiku, motivasi untuk aku terus berjuang maju."
Mata Lina memejam. Membayangkan anaknya yang kini jauh terpisah jarak ruang dan waktu.Â
"Kapan kamu pulang?" tanyaku.
"Pekan depan, aku sudah rindu sama Luna," jawab Lina, "tapi pekerjaan masih menumpuk, belum bisa aku kerjakan semua."
"Selesaikan dulu saja, nanti aku bantu beberapa yang aku bisa," ucapku mencoba menenangkan Lina.
"Iya mas terima kasih."
Lina menghela napas panjang.
"Mas...," gumam Lina.
"Ya, Lin...."
"Terima kasih untuk selalu ada. Sebagai apapun aku akan sangat menghargaimu."