Menghadapi anak-anak memang butuh kesabaran ekstra. Namun jangan sekali-kali langsung menyalahkan mereka ketika berbuat tidak sesuai harapan. Ada baiknya terlebih dahulu kita bercermin. Sudah baikkah metode pendidikan dalam keluarga kita? Sudah mampukan kita, menjadi sosok teladan bagi pembentukan karakter mereka?
Dunia orang dewasa dengan dunia anak-anak sangat jauh berbeda. Ditambah lagi, perkembangan zaman yang begitu pesat telah menyulap dunia menjadi tempat yang asing bagi generasi terdahulu yang enggan memaksakan diri mengikuti arus perkembangan zaman. Akibat dari ketidak seimbangan antara generasi zaman old dan zaman now inilah, yang sering menimbulkan kesenjangan yang begitu jauh antara pemikiran orang tua dengan anaknya.
Orang tua menganggap anaknya terlalu nakal dan gaul berlebihan. Sedangkan sang anak, melihat  orang tuanya begitu kolot dan ketinggalan zaman. Suasana di rumah sering memanas, seolah ada dua kubu yang sedang bersaing dengan pertahanan masing-masing. Kubu satu, dihuni oleh anak-anak yang ingin selalu dimengerti, sedangkan kubu dua diisi oleh orang tua pengatur yang ingin selalu dipatuhi.
Bukan hal yang mudah menaklukan anak-anak dengan seketika. Perlu keterampilan khusus untuk bisa selalu berdamai dengan mereka. Sayangnya tidak semua orang tua menguasai ilmu psikologi dan lulus mempelajari ilmu tumbuh kembang anak sebelum akhirnya menjadi seorang ayah atau ibu. Tidak semua orang tua seperti Kak Seto, yang selalu mengerti dan memahami dunia anak-anak. Bahkan orang tua yang notabene seorang guru Taman Kanak-kanak pun belum tentu tahan uji menghadapi tingkah laku anaknya sendiri yang masih berada dalam lingkup usia dini.
Seorang guru TK yang selalu sabar, mengajari anak-anak dalam jumah banyak, mereka mampu  bersikap ramah, tersenyum dan super sabar menghadapi anak-anak kecil yang tidak bisa diam. Pecicilan, naik turun meja dan kursi, atau membuat kelas berantakan dengan mainan. Belum lagi, harus menangani mereka yang kecing atau pup di celana saat jam belajar berlangsung. Guru TK masih bisa tersenyum dan melebarkan lengkung senyumnya menghadapi keadaan yang demikian menguras kesabaran.
Akan tetapi, di rumah, ia masih kurang sabar menghadapi kerewelan anak kandungnya. Ditambah lagi, anak-anak tidak selamanya bisa patuh kepada orang tuanya sendiri. Mereka kadang lebih penurut kepada ibu dan bapak gurunya di sekolah, dibandingkan mendengarkan nasihat orang tuanya. Â Lalu, apakah itu berarti lebih baik kita menitipkan anak-anak kepada guru agar bisa dididik dengan baik?
Tentu saja tidak. Dalam dunia pendidikan orang tua dan guru saling melengkapi. Orang tua berjasa dalam mengajarkan anak-anak dalam melakukan sesuatu. Bisa makan minum tanpa tumpah, mandi dan memakai baju sendiri, sampai keapada cara menyikapi sebuah situasi, semua itu didapatkan anak dari orang tuanya. Sedangkan guru berjasa dalam bidang ilmu pengetahuan. Itulah alasan mengapa kita tidak boleh melupakan jasa baik keduanya.
Apabila ingin anak-anak kita pandai berbudi pekerti yang luhur, sudah merupakan tanggungjawab para orang tua untuk menjadikan anaknya demikian. Jadilah teladan yang utama dan pertama bagi pembentukan karakter anak-anak sejak usia dini.
Selanjutnya, jika ingin memiliki anak-anak yang pandai di bidang ilmu pengetahuan dan keterampilan, titipkanlah mereka kepada guru-giru yang ahli di sekolah-sekolah yang terbaik. Bukankah pemberian terbaik dari orang tua kepada anaknya adalah dengan memberikan pendidikan yang baik?
Untuk itu, mari hadiahkan pendidikan terbaik untuk anak-anak. Agar kelak mereka menjadi manusia yang berguna, bagi dirinya, bagi orang tuanya, serta bagi agama dan bangsanya.
Selamat Hari Anak Nasional, 23 Juli 2019. Semoga bermanfaat.