Ibu Kartini, perempuan hebat yang satu ini tentunya tidak asing lagi di telinga kita. Semangatnya yang tiada tara dalam memperjuangkan hak-hak perempuan sangatlah menginspirasi bagi bangsa Indonesia terutama kaum perempuan. Jasa-jasanya telah kita rasakan bersama. Salah satunya, kaum perempuan memiliki hak yang sama dalam berbagai aspek kehidupan.
Kartini yang pintar, serta memiliki nasionalis yang tinggi, berani mendobrak keterbatasan gerak perempuan. Hingga sekarang banyak perempuan yang dengan leluasa mendapatkan posisi impiannya. Tidak terkecuali dalam dunia ekonomi dan politik.
Namun ternyata semakin berkembangnya zaman, makin banyak perempuan masa kini yang kebablasan. Lupa diri dari kodratnya sebagai perempuan. Kelemahlembutan yang menjadi ciri khas perempuan kini sudah tidak lagi dipelihara. Misalkan saja, masih remaja sudah bermental penjajah, menyiksa teman sekolah dengan cara yang kejam.
Dulu, Ibu Kartini memperjuangkan kaum perempuan dari penjajahan. Kini, banyak perempuan yang dengan sengaja merusak diri. Membiarkan dirinya dijajah oleh kaum laki-laki. Mau diperbudak, rela menukar harga diri dengan materi.Â
Sehingga, tantangan terbesar bagi Kartini-kartini masa kini bukan lagi soal penjajah dan para kaum yang menginjak hak-haknya. Melainkan melawan hawa nafsunya sendiri yang jauh lebih berat dibandungkan apapun.Â
Tantangan yang harus ditaklukkan oleh Kartini masa kini diantaranya adalah,
1. Kartini masa kini harus berjuang untuk tetap berprilaku baik walaupun perempuan lain sudah berani mendobrak norma dengan berkedok "cara gaul kekinian".Â
2. Berjuang untuk tidak terseret arus informasi, dengan cara banyak membaca dan mempelajari situasi. Perempuan harus cerdas menyikapi isu yang beredar di masyarakat.Â
3. Tetap yakin dan optimis, bahwa bergaul dengan menjunjung tinggi norma itu lebih terhormat, daripada terkenal karena aib yang terlanjur didapatkan.
4. Menjadi cerdas dan berprestasi bukan berarti merasa unggul dan melupakan kodrat sebagai perempuan yang tidak bisa lari dari status istri, ibu, dan anak perempuan dari orang tuanya. Dimana perempuan memiliki hak dan kewajiban yang berbeda dengan laki-laki, juga batasan-batasan yang telah diatur dalam agama.
5. Memiliki pendirian yang teguh agar tidak mudah terombang-ambing oleh perasaan. Tidak mudah tertipu para hidung belang, tetap mengetahui batasan pergaulan antara lawan jenis, maupun pergaulan sesama jenis. Hal ini tentunya harus dibangun dengan pendidikan yang tepat dan pengetahuan ilmu agama yang lebih dalam.Â