Kita ambil contoh salah satu nama Tuhan, Yang Maha Kuasa. Kemudian diajukan pertanyaan, jika Tuhan memang Maha Kuasa, mampukah Ia menciptakan batu besar yang Ia sendiri tidak kuat untuk mengangkatnya? Pertanyaan inilah yang salah, sebab premis pertama, yang dalam hal ini "Tuhan Yang Maha Kuasa", akan mengalahkan premis-premis lain yang menggugat kuasaNya. Dan Tuhan, yang menyadari bahwa agama diperuntukkan manusia sebagai makhluk yang bernalar, akan menggunakan nama-nama dan sifat-sifat yang dapat mereka pahami.
Mungkin begitulah sebuah analogi yang mungkin tergambarkan atas kritik dari pendapat Russel tersebut. Ada yang mengungkap mungkin ini memang kurang akurat, karena hanya dengan cara dangkal saya menggambarkan sebuah manusia dan Tuhan.
Tapi kita tidak lantas menyimpulkan bahwa apa yang diutarakan seorang agnostic itu salah kaprah, sebab mereka juga punya landasan yang cukup variatif. mengapa mereka men dogma kan akal pikirannya sendiri ? Sebab seperti yang dituliskan Russel, agama memang sebenarnya melarang seseorang untuk membunuh, misalnya, namun ada seribu satu alasan duniawi yang melarang manusia untuk menghilangkan nyawa orang lain. Salah satunya, mungkin, karena takut akan hukuman. Dengan setumpah alasan-alasan kongkrit seperti itu bagi kaum agnostic mungkin membenci agama sebagai dasar rasa kemanusiaan. Banyak darah segar mengalir, tumpah menumpah, senjata dimana-mana hanya karena panji-panji agama, kita juga tidak bisa memungkiri hal ini, karena kenyataan yang terjadi memang seperti itu. Andai saja tidak agama di Dunia ini maka hal-hal tragis semacam itu tidak akan terjadi dan tidak akan pernah terjadi, Wajar kan ?
Jadi, pada akhirnya setelah berbicara panjang lebar, kesana-kemari, terkadang nyambung apa enggak, berbicara masalah agama dan berbicara masalah Tuhan memang sensitif dan tidak bakal ada habisnya untuk dikaji dan diungkap kebenaran..Belum tentu benar sebuah teori dan juga belum tentu salah juga, sebab ilmu semacam itu dibilang benar dan salah hanya bergantung pada sebuah kesepakatan.
Disini, saya hanya bermaksud memberi gambaran mengenai sisi lain theisme secara filsafat, bukan bermaksud mempengaruhi atau meracuni konsep yang sudah dipegang oleh masing-masing individu pembaca. Sebab, manusia didunia ini memang secara disadari maupun tidak disadari terhimpit diantara Theisme dan Agnostic. Salah pemahaman memang bisa menjadikan tersesat tak berarah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H