Mohon tunggu...
Dianta Arsya
Dianta Arsya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Prodi Jurnalistik

Suka menulis banyak hal yang baru dan menarik, namun masih pemula yang akan banyak belajar.

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Influencer Menjadi Salah Satu Penggerak Perkembangan Teknologi

23 Desember 2024   03:33 Diperbarui: 23 Desember 2024   03:31 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Worklife. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Perkembangan teknologi dalam beberapa tahun terakhir berhasil merubah cara bersosialisasi masyarakat secara keseluruhan. Tak hanya dari cara bersosialisasi saja, melainkan cara berbagi informasi dan membentuk opini publik tentulah berbeda. kemajuan yang saat ini melanda masyarakat tentu melahirkan pengaruh yang positif dan disertai dengan tantangan yang ikut di dalamnya. Salah satu kelahiran yang paling mencolok saat ini adalah menjamurnya influencer yang tak hanya memanfaatkan  teknologi, melainkan ikut menjadi penggerak dalam perkembangan teknologi lebih jauh. 

Saat ini para influencer tak hanya menjadi pengguna melainkan menjadi pelaku yang mendorong utama inovasi di dalamnya. Dengan adanya kebutuhan untuk mengikuti algoritma, pemenuhan konten yang menarik, orisinal dan interaktif, para influencer seringkali menjadi pihak yang mendorong platform teknologi untuk terus berkembang. fitur seperti live streaming, di media sosial awalnya banyak diadopsi dan dipopulerkan oleh influencer. Tekanan untuk memenuhi kebutuhan para kreator konten ini telah mendorong perusahaan teknologi untuk mengembangkan alat dan fitur yang lebih canggih.

Salah satu keunggulan utama influencer adalah kemampuan mereka untuk menciptakan hubungan personal dengan para pengikutnya. Tidak seperti selebritas tradisional, influencer sering kali dianggap lebih autentik dan mudah diakses. Mereka berbagi momen kehidupan sehari-hari, pengalaman pribadi, dan bahkan kegagalan mereka, yang membuat mereka lebih relatable. Kombinasi antara kedekatan emosional dan kemampuan untuk menjangkau jutaan orang inilah yang menjadikan influencer sebagai aktor penting dalam lanskap komunikasi modern.  

Namun, keberadaan influencer juga memberikan dampak signifikan pada cara teknologi komunikasi berkembang. Dalam upaya menarik perhatian followers yang besar, influencer sering kali memanfaatkan fitur-fitur teknologi seperti analitik mendalam, integrasi kecerdasan buatan, dan penggunaan algoritma untuk meningkatkan jangkauan konten mereka. Hal ini pada gilirannya mendorong perusahaan teknologi untuk terus memperbaiki dan mengembangkan fitur-fitur tersebut agar lebih relevan bagi para kreator. Sebagai contoh, platform seperti TikTok dan Instagram terus memperbarui algoritma mereka untuk mendukung konten yang lebih kreatif dan berdaya saing.

Namun, fenomena ini juga menghadirkan beberapa pertanyaan kritis. Pertama, apakah kemudahan akses untuk menjadi influencer dan memengaruhi opini publik ini mereduksi kualitas informasi yang diterima masyarakat? Dalam era di mana informasi dapat disebarkan 

dengan sangat cepat, fakta dan opini sering kali bercampur tanpa pembeda yang jelas. Banyak influencer yang meskipun memiliki pengaruh besar, kurang memiliki kompetensi atau keahlian dalam topik tertentu yang mereka bahas. Akibatnya, warganet sering kali terpapar informasi yang tidak akurat atau bahkan menyesatkan.

Kedua, munculnya influencer sebagai pembentuk opini utama juga menantang otoritas institusi tradisional seperti media massa, akademisi, dan lembaga pemerintah. Dalam beberapa kasus, opini atau klaim yang dibuat oleh influencer dapat memiliki dampak yang lebih besar dibandingkan laporan dari sumber resmi. Ini tentu membawa risiko, terutama jika influencer tersebut tidak bertanggung jawab atau memiliki agenda tersembunyi.

Meski demikian, tidak dapat disangkal bahwa influencer juga membawa banyak dampak positif. Mereka sering kali menjadi corong untuk isu-isu yang sebelumnya kurang mendapat perhatian dari media tradisional. Contohnya adalah kampanye tentang kesehatan mental, keberlanjutan lingkungan, atau gerakan sosial yang didukung oleh influencer yang memiliki audiens yang besar. Dalam banyak kasus, mereka mampu menggerakkan masyarakat untuk bertindak, seperti berdonasi, ikut serta dalam aksi sosial, atau mengubah gaya hidup demi mendukung tujuan tertentu.

Di sisi lain, teknologi komunikasi juga menciptakan "filter bubble," yaitu kondisi di mana warganet hanya terpapar pada informasi yang memperkuat pandangan atau bias mereka sendiri. Algoritma media sosial dirancang untuk menjaga pengguna tetap terlibat dengan menyajikan konten yang sesuai dengan preferensi mereka. Meskipun ini meningkatkan pengalaman pengguna, hal ini juga dapat membatasi paparan terhadap pandangan yang berbeda dan memperkuat polarisasi dalam masyarakat.

Seiring berkembangnya teknologi, model bisnis influencer juga semakin kompleks. Tidak hanya mengandalkan endorse produk, banyak influencer kini berkolaborasi dengan merek besar untuk menciptakan lini produk mereka sendiri. Sebagian dari mereka bahkan bertransformasi menjadi wirausahawan dengan memanfaatkan popularitas mereka. Fenomena ini menunjukkan bagaimana teknologi komunikasi tidak hanya menciptakan platform untuk berkomunikasi tetapi juga peluang ekonomi yang signifikan.

Namun, dengan potensi besar ini, datang pula tanggung jawab yang besar. Influencer harus menyadari bahwa mereka memiliki pengaruh yang nyata terhadap folowers mereka, baik dalam hal perilaku, opini, maupun keputusan. Oleh karena itu, penting bagi mereka untuk menjaga integritas, transparansi, dan akurasi dalam setiap konten yang mereka bagikan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun