Mohon tunggu...
Dian Suryaningsih Kusumawardani
Dian Suryaningsih Kusumawardani Mohon Tunggu... -

Seorang mahasiswi semester 8 program studi perikanan Fakultas Perikanan Universitas Padjadjaran, Jatinangor

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Konflik Suriah, Sebuah Titik Awal Revolusi Islam yang Hakiki

28 September 2013   21:34 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:15 1004
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Umat muslim di Suriah telah lebih dari 43 tahun hidup dalam konflik berkepanjangan di bawah ancaman rezimnya yang bengis dan kufur, yaitu rezim ‘dinasti’ Assad yang merupakan penganut sekte sesat Syiah Nushairiyyah (Alawiyyah). Sejak tahun 1970 semenjak Hafidz Assad berkuasa hingga saat ini ketika tampuk kekuasaan Suriah berada di tangan anaknya, yaitu Bashar Assad, umat muslim di sana telah mengalami berbagai penyerangan demi penyerangan yang menelan korban dengan jumlah yang tak terhitung lagi. Kebiadaban rezim Assad yang sesat menjadikan umat muslim Suriah tidak dapat menjalankan Islam dengan mudah, bahkan para perempuan, anak-anak dan orang lanjut usia pun turut ditindas secara keji oleh Bashar dan pengikutnya. Ibarat Fir’aun masa kini, Bashar selalu mengancam rakyatnya agar mau mengikuti kehendaknya dan menganggap dirinya sebagai Tuhan yang patut disembah serta ditaati segala perintahnya. Umat Islam Suriah yang telah sangat lama mengalami penderitaan itu pun tidak tinggal diam, bahkan dengan kekuatan keimanannya, mereka mampu bertahan dan terus berupaya agar dapat menegakan kekuatan Islam di bumi Suriah yang diberkahi Allah swt. Hingga saat ini, para mujahidin tidak pernah menyerah untuk berjihad dan menyerukan revolusi untuk Islam di seluruh dunia.

Sesungguhnya apabila kita mau melihat dan menganalisis fakta-fakta terkait konflik yang terjadi di Suriah saat ini secara lebih mendalam, kita akan dapat menemukan realita bahwasannya konflik di Suriah merupakan titik awal revolusi Islam yang hakiki. Hal ini dikarenakan, perlawanan yang digencarkan umat muslim Suriah khususnya para mujahidin yang mukhlis, bukanlah perlawanan biasa yang bertujuan untuk menggulingkan rezim Assad semata. Melainkan, di balik itu terdapat dorongan kuat yang berasal dari keimanan mereka terhadap janji Allah swt. untuk dapat menegakan aturan Islam secara total dan menyeluruh di bumi Suriah. Bahkan, berbagai skenario intervensi militer berkedok pemusnahan senjata kimia yang dicanangkan oleh negara-negara asing seperti Amerika, Rusia, Cina, Iran dan Eropa seakan tidak mampu membendung semangat mujahid serta rakyat Suriah lainnya untuk tetap memperjuangkan kebangkitan Islam. Para pemimpin negara adidaya maupun pihak PBB pun dibuat kebingungan oleh keteguhan para pejuang Islam yang tidak takut mati dan tidak mau berkompromi dengan mereka yang mengajak untuk menerapkan kembali sistem demokrasi di bawah penguasa boneka antek-antek negara imperialis.

Lantas, apakah kita sebagai sesama umat muslim telah menaruh kepedulian terhadap mereka dan bagaimanakah bentuk dukungan kita terhadap perjuangan suci para mujahidin dalam mengawal lahirnya revolusi hakiki Islam? Sudah semestinya kita sebagai umat muslim mendukung dan turut memperjuangkan penegakan kembali Islam di muka bumi ini seperti halnya saudara-saudara kita yang hidup di Suriah. Sebab, merupakan sebuah kewajiban bagi umat muslim untuk mengimani kebenaran janji Allah swt. bahwasannya di akhir zaman, Islam akan dimenangkan oleh Allah dan dapat berkuasa kembali di muka bumi. Sebagaimana firman-Nya, “Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang yang Kafir tidak menyukai.” (TQS. at-Taubah [09]: 32). Meski terbentang jarak yang jauh, kita tetap dapat berjuang dengan cara memberi pemahaman kepada sesama umat muslim terkait urgensitas penegakan Islam kembali secara sempurna dalam sebuah naungan institusi negara yang hingga saat ini belum terealisasi. Konsekuensi keimanan kita sebagai umat muslim adalah menerapkan seluruh aturan Islam yang bersumber dari al-Qur’an dan as-Sunnah dalam segala aspek kehidupan di dunia. Hal tersebut tidak akan terwujud di dalam sistem demokrasi yang saat ini diterapkan oleh hampir seluruh negeri-negeri kaum muslimin, sebab hakikatnya demokrasi merupakan sistem yang berlandaskan pada prinsip sekulerisme yaitu pemisahan agama dari kehidupan. Wallahu’alam bisshawab.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun