Mohon tunggu...
Dian Suratri
Dian Suratri Mohon Tunggu... Guru - Guru SMAN 17 Kota Bekasi

Ibu rumah tangga yang berprofesi sebagai guru bahasa Indonesia dan memiliki hobi berpetualang menjelajah kegiatan alam bebas.

Selanjutnya

Tutup

Music

Dian Pramana Poetra, Kau Seputih Melati yang Kini di Atas Pusara

2 April 2023   22:44 Diperbarui: 3 April 2023   19:39 1130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Dokumen pribadi Dian Suratri

"Kau, melati putih nan bersih kau tumbuh di antara belukar berduri

seakan tak peduli lagi meski dalam kau hanya memberi..." (Lirik Lagu "Kau Seputih Melati")

Dari jauh ku memandang bukit

Puncak tinggi indah mempesona

Kuulur tangan dan ingin kuraih

Apakah mungkin sampai tanganku memetik

Oh melati cantik nian dewi

Bergaun putih harum dan mewangi

Remaja suci ciptaan illahi, subur tumbuhmu mekar di dalam kalbuku

 dan bertanya, apakah gerangan putri ayuku mendambaku? (Lirik lagu "Melati di Atas Bukit")

Foto: Dokumen pribadi Dian Suratri
Foto: Dokumen pribadi Dian Suratri

Dua lirik lagu Dian Pramana Poetra, yang mengangkat bunga melati sebagai simbol kebaikan dan kesucian. Makna simbolik melati  bukan hanya untuk cinta, tetapi juga tentang sebuah ketulusan, kesetiaan dan keabadian. Jockie Surjoprajogo menciptakan lagu dengan tajuk melati, bukan tanpa alasan sekadar mencipta lagu untuk dinyanyikan oleh seorang Dian Pramana Poetra. Lagu "Kau Seputih Melati" bisa menjadi primadona di tahun 80an bersaing dengan "Sakura" yang dinyanyikan Fariz RM.

Dian Pramana Poetra dilahirkan di Medan, 2 April 1961 dari pasangan Hadi Suwito dan Sumiati. Ayahnya adalah seorang pemusik jazz dan Ibunya seorang penyanyi keroncong. Memulai kariernya dalam Lomba Cipta Lagu Remaja (LCLR) pada tahun 80an, ajang festival tersebut mengangkat nama Dian Pramana Poetra di blantika musik Indonesia. Warna musik jazz, pop kreatif, fussion yang menjadi ciri khas musik Dian Pramana Poetra memiliki ruang bermusik sendiri bagi anak muda penggemar musik kala itu. 

Sebut saja lagu Kau Seputih Melati, Semurni Kasih, Satu Birasa, Gadis di Cafetaria, Paseban Cafe, Melati di Atas Bukit, Putus Saja, Biru dan single lainnya membawa nama Dian Pramana Poetra semakin hits di kancah blantika musik Indonesia. Chandra Darusman bersama Karimata Band melirik Dian Pramana Poetra untuk menyanyikan lagu Rintangan  bersama Lidya Nursaid. 

Karier bermusik Dian Pramana Poetra semakin bersinar ketika berkolaborasi bersama Deddy Dhukun dengan membentuk 2 D (Dian dan Deddy) di tahun 1987, terbukti dengan lagu "Masih Ada" yang pada masa itu selalu menduduki puncak lagu musik Indonesia di berbagai radio swasta. Dua tahun sebelum 2 D dibentuk, Deddy Dhukun memprakarsai terbentuknya grup musik K3S bersama Dian Pramana Poetra dan Bagoes AA. Nama K3S dan 2D bersinar bukan hanya di Indonesia tetapi juga di mancanegara, salah satunya Brunei Darussalam.

Karier bermusik Dian tak seindah kehidupan pribadinya, rumah tangga yang dibinanya bersama Amanda Sari Beilby wanita berdarah blasteran Indonesia- Australia harus kandas setelah dikarunia seorang anak perempuan bernama Alana Pramanda Poetri Beilby. Dian Pramana Poetra kemudian membina kembali rumah tangga bersama Iin Indy dan dikaruniai dua orang anak bernama Gaca Putraka Bima dan Maisi Dewana. 

Dian Pramana Poetra sempat vakum diblantika musik Indonesia, karena ia merasa gundah gulana pada target musik yang disukai dan diminati anak muda pada era 2000an berupa popalternatif, sementara Dian Pramana Konsisten dengan aliran musik seorang Dian Pramana Poetra. 

Penghujung tahun 1999, Dian Pramana Poetra bangkit kembali mewarnai musik Indonesia dengan didukung oleh rekan-rekan musisi lainnya, salah satunya sahabatnya sendiri Deddy Dhukun. Lagu-lagu hits Dian Pramana Poetra bersama Fariz RM, 2D, K3S kembali di-recycle atau didaur ulang oleh penyanyi era 2000an. Pusakata, Payung Teduh pernah menyanyikan lagu "Masa Kecilku" ciptaan Dian Pramana Poetra dan Ibu kandungnya sendiri Sumiati dengan genre khas Payung Teduh yang beraliran fusi, keroncong, dan jazz. Grup musik "Warna" juga pernah menyanyikan lagu "Masih Ada". 

Penghujung tahun 2018, dunia musik Indonesia harus kehilangan sosok musisi Dian Pramana Poetra. Dian tutup usia pada tanggal 27 Desember 2018 di usia 57 tahun. Sebelumnya Dian mengeluh sakit punggung serta demam tinggi hingga harus dilarikan ke rumah sakit Hermina Kampung Melayu. Beberapa hari dirawat, Dian meminta pulang ke rumah pada keluarganya. 

Kepulangan Dian Pramana Poetra benar-benar pulang ke pemilik raganya. Dian Pramana Poetra sosok lelaki sederhana yang introvert, beberapa kali saya menyambangi rumahnya di daerah Tebet untuk sekadar berbincang masalah perkembangan musik di Indonesia, jauh dari gambaran sosok artis pada umumnya. Hari ini 2 April 2023, jika masih ada usiamu sudah 62 tahun. Terima Kasih sudah memberikan warna pada dunia musik Indonesia. 

"Kau tebar harum, sebagai tanda cinta yang telah kau hayati di sepanjang waktu"....

                               

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun