Mohon tunggu...
DIAN NASTITI
DIAN NASTITI Mohon Tunggu... -

Memaafkan melupakan mengiklaskan

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kualitas Kandidat Pemilu yang dipertanyakan

24 Maret 2014   20:42 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:33 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pemilu Indonesia diadakan untuk memilih pemimpin dan wakil dari rakyat yang diselenggarakan menjelang masa jabatan presiden serta wakil rakyat habis. Yang terbaru saat ini sedang dibicarakan adalah Pemilu 2014. Banyak pasangan calon Presiden – Wakil Presiden dan calon legislatif telah mendaftar sebagai kandidat Pemilu 2014. Persiapan tentang taat cara dan urutan – urutan dalam memilihpun telah disosialisasikan oleh KPU. Tidak ketinggalan kampanye – kampanye baik langsung maupun tersiratpun sudah dilakukan para kandidat dengan banyak janji perubahan – perubahan yang akan mereka lakukan untuk kesejahteraan rakyat. Namun, apakah itu benar bisa dibuktikan?

Ada beberapa pertimbangan tentang memilih kandidat yang akan kita pilih. Pertimbangan itu antara lain tentang bagaimana Parpol dan Parlemen membentuk pemimpin. Menurut Eva Kusuma Sundari (Anggota Dewan Perwakilan Rakyat RI) tentang pertimbangan tersebut antara lain,


  1. Parpol masih buruk yaitu belum punya sistem dan cara untuk menghasilkan pemimpin yang baik. Tidak punya indikator performa.
  2. Parpol belum punya gagasan reform untuk dirinya maupun bangsa, contohnya bisa dilihat pada ketiadaan pendidikan politik yang baik dalam badan parpol. Kader belajar sendiri di lapangan, tidak dibekali pendidikan, pengetahuan, dan skill berpolitik
  3. Parpol kuat diwarnai hubungan-hubungan personal berbasis kedekatan pertemanan dan kekeluargaan.
  4. Anggota parpol tidak loyal, loncat dari satu parpol ke parpol lain, bukti tidak ada ideologi dan indikator performa
  5. Parlemen dalam proses kerjanya juga tidak punya gagasan reform yang mendasar dan tidak punya indikator performa antara lain kerapkali bekerja berdasarkan suka atau tidak suka, dan hubungan kedekatan personal.
  6. Parlemen bekerja tidak berdasarkan meritokrasi yaitu memberikan penghargaan berdasarkan pencapaian merit (proven ability) seseorang yaitu bagaimana orang yang berkompeten.
  7. Parlemen cenderung mengarah kepada kleptokrasi, yaitu upaya-upaya memperkaya diri dari uang publik.

Dari pertimbangan tersebut dapat diketahui bahwa belum ada parpol yang menyiapkan calon pemimpin yang baik, efisien, dan loyal terhadap rakyat. Masih belum adanya pendidikan politik yang baik adalah faktor utama yang menjadikan masalah belum baiknya calon – calon pemimpin yang yang menjadi kader sebuah partai. Apakah akan berlangsung lama situasi dalam ketidak pastian kualitas kandidat – kandidat pamilu ini? Yang kita tahu, pemilu akan selalu berlangsung pada periodenya dan hak kita untuk memilih adalah hak sebagai warga negara.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun