Manusia hidup melalui pandangan hidupnya (view of life). Gerak-gerik, keinginan,upaya-upaya, yang dilakukan manusia untuk menggapai kebutuhannya tidak terlepas dari bagaimana ia memandang hidup dan kehidupannya . Bagaimana cara kita berpikir adalah bagaimana cara kita memandang kehidupan. Jika kita berpikir baik, maka dunia akan baik dipandangan kita, pun sebaliknya. Pikiran kita akan mengandalkan kita, oleh sebab itulah pikiran adalah suatu kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh setiap manusia. Manusia tidak bisa hidup tanpa memikirkan sesuatu, dan apa yang kita pikirkan itulah yang akan menentukan bagaimanakah kita.
Konon, orang yang mula-mula sekali meggunakan akal secara serius adalah orang Yunani bernama Thales (624-546 SM), orang yang digelari Bapak Filsafat. Gelar itu diberikan kepadanya karena ia mengajukan pertanyaan yang aneh, yaitu: Apakah sebenarnya bahan alam semesta ini? Ia sendiri menjawab: air.Â
Pertanyaan Thales muncul akibat ketakjubannya pada alam semesta. Manusia sebagai objek dapat merasakan ketakjuban sebab manusia adalah satu-satunya makhluk yang memiliki perasaan dan akal budi. Sebab ketakjuban inilah berangkatlah perasaan dan akal pikiran untuk memikirkan suatu hal dan menemukan sebuah pemahaman yang mengantarkan manusia pada gerbang kehidupan yang lebih baik. Zaman terus berkembang dan manusia akan terus bertumbuh dan berubah. Seiring waktu lahirlah manusia-manusia yang memilki pemikiran yang berbeda namun sama pentingnya. Socrates, Plato, Aristoteles termasuk manusia yang mula-mula memikirkan segala sesuatu secara mendalam. Sebab pemikirannya inilah yang akan mengubah cara pandang terhadap dunia, yang mengeluarkan Yunani dari masa kegelapannya.
Jika buku adalah jendela dunia, maka pemikiran adalah mata yang akan membuka gerbang kehidupan menemukan kebenaran hakikatnya. Tanpa mata manusia akan buta, begitupun tanpa akal pemikiran manusia tidak akan hidup dengan sebenar-benarnya hidup. Dengan memikirkan segala sesuatu secara mendalam, manusia akan menemukan kebenaran yang akan mempengaruhi hidupnya. Seperti halnya Nabi Ibrahim yang menemukan Tuhan karena memikirkan keberadaan-Nya lewat hal-hal disekitarnya.Â
Pikiran adalah senjata yang akan menentukan baik buruknya, benar salahnya hidup kita. Manusia yang menggunakan akal pikirannya untuk memikirkan dan memaknai kehidupannya akan mampu menjalani kehidupannya dengan arah orientasi yang baik. Manusia memiliki pikiran yang berbeda-beda antara satu sama lainnya, namun pada intinya manusia memikirkan hal yang sama untuk menemukan kebenaran. Kebenaran inilah yang akan menjadi  the way of life atau suatu jalan hidup. Jalan hidup inilah yang menjadi pegangan atau peta manusia untuk menjalani kehidupan dengan bermartabat dan sehebat-hebatnya.
Filsafat akan mengantarkan manusia menuju gerbang kehidupan yang hidup dan bermakna. Filsafat mampu membuka gerbang dan menemukan jalan untuk melahirkan hal penting. Jika waktu itu Einstein tidak memikirkan tentang apel yang jatuh dari pohonnya, maka hukum gravitasi tidak akan ditemukan. Jika waktu itu  Abbas bin Firnas tidak memperhatikan burung yang terbang, maka pesawat juga tidak ditemukan. Jika waktu itu Galileo tidak memperhatikan cahaya, maka hukum gerak juga tidak ditemukan. Dan masih banyak lagi ilmuwan-ilmuwan besar yang menemukan hal hebat hanya karena memperhatikan hal-hal kecil di sekitarnya. Hal hebat lahir karena hal kecil yang dipikirkan, dirasakan, dan dimaknai dengan besar.
Peradaban hebat lahir dari pemikiran yang hebat. Yunani mampu keluar dari masa kegelapannya sebab pemikiran hebat para ilmuwan pada masanya. Islam mampu mencapai masa keemasannya sebab peimikiran cerdas ilmuwan pada masanya. Dan Bangsa Eropa mampu membuat peradaban modern sebab pemikiran maju ilmuwan pada masanya. Peradaban yang besar muncul digerakkan oleh akal pemikiran yang luar biasa hebat. Al-Kindi, Ibn Sina, Al-Farabi, Ibn Rusyd, Al-Khawarizmi, Albert Einstein, Isaac Newton, Galileo Galilei, Louis Pasteur, dan masih banyak lagi adalah ilmuwan yang menemukan ilmu pengetahuan penting untuk dunia. Pemikiran besar mereka tidak akan lekang dimakan waktu, terus menembus melewati berbagai masa dengan tetap utuh tanpa runtuh.
Manusia adalah makhluk kompleks yang hidup di alam semesta yang sebenarnya sederhana. Setiap hal kecil akan berarti jika kita mau untuk mengartikan dan merasakannya. Jika semesta terbentuk akibat jutaan atom yang terus bergerak, maka manusia juga akan terbentuk akibat pikiran yang tidak diam. Pikiran kita mungkin tidak akan mengubah dunia, tapi pikiran kitalah yang akan mengubah siapa kita; dan inilah yang paling penting. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H