Mohon tunggu...
Septiana Sujana
Septiana Sujana Mohon Tunggu... -

pujangga amatiran

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Susi, My Spongebob

4 Agustus 2014   06:31 Diperbarui: 18 Juni 2015   04:29 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Susi, My Spongebob

Sudah cukup lama sayah hidup di bumi ini (sebelumnya di planet Saturnus he..he..).

Tapi keheranan sayah terhadap berbagai karakter manusia belum hilang juga. Itu sebabnya sayah tertarik baca-baca novel yang bertema kejiwaan. Kayak 24 wajah Billy, The Fifth Sybill, Dunia Di Balik Kaca, dan sebagainya. Sebagian besar isinya tentang kepribadian ganda, penderita Autis, dan Phsyco. Sayah juga pernah ada keinginan buat ngambil kelas psikologi karena begitu ingin ngerti tentang kejiwaan manusia. Dan mengerti dengan kejiwaan sayah sendiri wkwkw. Sayang engga kesampaian.

Sama dengan keheranan sayah terhadap orang yang hilang kesadaran karena mabuk miras atau orang yang hilang kewarasannya karena dia terserang gangguan jiwa. Sayah bertanya-tanya, bagaimana mungkin ada seseorang yang tidak dapat mengendalikan isi pikirannya sendiri? Kemana perginya kira-kira kesadarannya pergi pada saat itu?

Namun bukan hanya orang-orang dengan kehilangan akal yang membingungkan saya. Beberapa orang sekitar saya yang masih bergelar waras juga seringkali membuat sayah heran.

Sayah memiliki seorang teman. Untuk menjaga agar teman sayah engga nyadar kalo sayah ngomongin dia, maka sayah samarkan namanya menjadi Susi. Susi dan sayah menumpang pada mobil jemputan yang sama menuju tempat kerja. Awal dia jadi penumpang baru sayah menganggapnya sebagai orang yang ramah. Tidak ada masalah kecuali dengan geliginya yang berantakkan yang dipenuhi dengan banyaknya karang gigi di detiap selanya. Kentara sekali bahwa Susi tidak punya hubungan baik dengan dokter gigi. Sayah jadi kurang nyaman bila harus mengobrol face to face. But is okelah, bukan gaya sayah membicarakan kekurangan fisik orang lain (Lha…. Barusan apa?! He..he..)

Susi seorang yang baik. Dia ceria, suka makan dan ngemil, tidak pernah marah dan suka bicara. Sayah menyamakan karakternya mirip seperti Spongebob Squarepant. Seorang yang baik, naif dan banyak bicara. Terlalu baik dan banyak bicara sehingga membuat sayah pingin nonjok dia kalau dia udah terlalu banyak ngomong. Sayah jadi mengerti perasaan Squidward saat dia harus menghadap Spongebob tiap hari.

Susi sering membicarakn hal-hal yang tidak penting. Dan dia sulit berhenti bila sudah berbicara Dia sering membicaran teman-teman dan bosnya seolah sayah ikut mengenal mereka. Dia membicarakan hal-hal yang dia suka seolah sayah juga suka. dan Susi paling suka dengan cerita hantu. Hal yang paling sayah benci karena sayah tidak suka saat orang-orang membcarakan hantu seakan-akan mereka mahluk yang penting. Urusan sayah dengan manusia aja udah bikin pusing, ditambah mesti urusin hantu pula. Bah!

Dalam agama sudah dijelaskan kalu orang mati gak bisa seenaknya hidup lagi jadi roh gentayanan. Kalau gitu enak banget. Apa fungsi kematian kalau gitu, kalau mereka masih bisa barengan sama orang hidup?

Tapi namanya juga orang Indonesia. Penjelasan ilmiah kurang asyik daripada tahayul dan mitos. Film hantu porno masih jadi tontonan favorit di negaraa kita. Dan sebagian orang masih terpengaruh isi ceritanya.

Pass!!...

Pembicaraannya jadi belok ke sini ya?

Ya karena Susi seneng banget cerita horor, jadi kalo dikomporin dikit aja dia pasti langsung nyerocos. Seperti pada suatu malam saat kami dalam perjalan sehabis pulang kerja, kami mengobrol.

“Teteh suka baca buku ya?”

“Iya”

“Punya komik engga teh? Susimah suka komik.”

“Obat batuk maksudnya?”

“Bukan. Buku cerita bergambar.”

“Oh engga, mungkin karena faktor usia, kesukaan ama komik udah agak berkurang.”

“Susi masih suka. Susi paling suka komik horor jepang.”

“Sayah benci horor jepang. Mereka bisa menampakkan hal yang paling horor yang pernah dibayangkan dalam kepala kita. Yang menyebabkan sayah jadi paranoid selama beberapa hari.”

Dengan penjelasan ini, Susi malah makin senang bercerita. Dia mulai membicaran isi cerita darisebuah komik yang dibacanya.

Sayah engga mood banget denger cerita horor di saat mamah sayah ada urusan di luar rumah sehngga sayah tidur sendirian saat itu. Tapi bukannya merasa simpati dengan keadaan sayah, dia malah lanjut cerita setelah sebelumnya mentertawakan keberadaan sayah.

Marmot!!

Ternyata orang-orangpun merasakan hal yang sama dengan sayah. Beberapa teman kadang tidak menggubrisnya bila dia sedang berbicara. Mereka lebih menganggapnya sebagai omongan anak kecil yang patut diabaikan. Bila sudah begitu, giliran sayah yang iba. Sayah biasanya ngasih komen pendek sekedar menandakandia masih punya seorang pendengar meskipun tindakkan sayah biasanya berakibat fatal. Dia langsung ngerap lagi, dan sayahpun menangisi diri.

Saking sukanya Susi berbicara, dia kadang berbicara sambil tidur. Bukan ngigo meski terlihat demikian. Ini pernah terjadi saat saya ngobrol dengan seorang teman di dalam mobil jemputan, dan di tengah-tengah obrolan, susi tiba-tiba ikut nimbrung. Saya lirik dia, ternyata matanya merem.

“Eh kalo tidur,tidur aja.ga usah ikut ngobrol,” tegur sayah.

Lalu Susi dengan mata masih perem, jawab, “mata ngantuk. Tapi mulut pingin ngomong,” dengan nada bicara yang mirip kayak orang mabuk.

Busyet ni anak!

Selain banyak bicara, Susijuga orang yang ceroboh. Rasanya sayah tidak ingat kapan sayah pernah liat dia tampil tanpa ada plester obat yang nempel di kulitnya. Tidak jarang Susi mendapat kecelakaan kerja, juga di luar jam dan tempat kerja Sayah pernah liat kakinya lecet abis dibalur betadine lalu sayah tanya kenapa. Dia jawab, katanya kejatuhan buah nangka. Pernah juga sayah liat jempolnya diperban dan dia jawab dia nabrak pager rumah. Intinya, bila dia tidak dapet celaka,maka dia yang akan menghampiri celaka itu sendiri. Sepertinya kecelakaan adalah nama akhirnya ke..ke..ke.. (ups! Engga boleh tertawa)

Sayah tidak pernah percaya dengan hari atau orang sial. Maka setiap kesialan yang terjadi pada Susi saya anggap semata-mata hanya kecerobohan dia saja.

Tapi disamping rasa kesal saya karena kecerewetan dan kesembronoannya, sebenarnya sayah merasa kasihan dengannya. Seorang wanita dewasa yang umurnya mungkin hanya terpaut 2 tahun di bawah sayah, tapi masih dengan pola pikir seperti anak gadis SMP. Dia hanya menghabiskan waktunya di rumah dengan mengurus atau bermain dengan keponakannya. Seperti gadis yang belum mengalami masa pubertas yang tidak mengenal rasa suka terhadap lawan jenis. Wanita yang hanya tahu memfoya-foyakan uang gajinya demi membeli makananan yang membuat tubuhnya jadi obesitas. bermain PS, layangan dengan para keponakannya. Atau seorang wanita yang hanya melakukan segala pekerjaan rumah tangga di rumah kakaknya. Pekerjaan yang seringkali menguras semua waktunya, sampai-sampai dia tidak punya waktu istirahat untuk dirinya sendiri.

Susi... Susi... sayah pikir mungkin dia begitu merindukan mendiang ibunya. Sosok wanita yang sering Susi ceritakan pada sayah. Kenangan-kenangan bersama ibunya sering dia ceritakan. Ibunya yang memanjakannya dengan kasih sayang namun disertai dengan kedisiplinan.

Saya berandai-andai. Bila saja ibunya masih hidup, mungkin Susi sangat beruntung. Akan ada seorang yang ridho mendengarkan mulutnya yang tidak pernah berhenti itu, akan ada orang yang masih memberinya cinta tanpa menjadikannya babu karena ikut numpang di rumah kakaknya. Ada orang yang akan dapat memberikan nasihat bijak bagaimana dia menghadapi dunia sebagai wanita dewasa, bukan gadis belia.

Sayah tahu Susi terperangkap dengan masa kecilnya yang indah bersama ibunya. Dia pernah bilang bahwa dia benci menjadi orang dewasa. Sayah tahu perasaannya. Sayah pun jika bisa memilih, mungkin tidak ingin menjadi manusia dewasa. Segala kekejaman dan kekompleksan hidup dimulai pada tahap ini.

Sayah bertanya dalam hati. Apakah kamu bisa menghadapi kejamnya dunia yang kejam ini dengan pikirandan sikap lugu itu Susi? Walaupun sayah tahu, kamu mempunyai banyak kelebihan di banding sayah. Kamu ikhlas menghadapi semuanya’ Kamua orang baik, sangat baik. Sayah berdoa agar tuhan memberikan hadiah manis. Seorang pria yang bisa membuatmu merasa disayangi seperti saat kamu masih kecil dulu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun