Mohon tunggu...
Septiana Sujana
Septiana Sujana Mohon Tunggu... -

pujangga amatiran

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Baby & My Old Lady

4 Agustus 2014   06:59 Diperbarui: 18 Juni 2015   04:29 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Baby & My Old Lady

Setiap hal yang ada di dunia, bekerja dalam cara yang sama. Mahluk hidup atau benda mati. Sudah hukum alam, bahwa segalahal pada sesuatu yang sudah tua atau usang, tidak akan dapat bekerja sebagai mana mestinya. Beberapa sistem tidak berfungsi terlalu baik lagi.

Sebagaimana ibuku dalam usianya menjelang setengah abad, beberapa sistem kerja tubuhnya tidak bekerja terlalu akurat lagi. Contoh kecil, beliau jadi semakin sering cegukan. Beliau berkata, “kalo udah tua, tenggorokkan akanmemeot”(?). Diambil dari kata dasar ‘peot’, maka mungkin maksud perkataan ibuku adalah kerongkongannya menjadi menciut atau mengecil.

Entah apakah itu asumsi beliau saja atau memang ada penjelasan ilmiah tentang hal tersebut.Tapi itu mungkin saja benar mengingat rasanya saya jarang cegukan meskipun hanya meminum air satu tetes sehari (dikata obat tetes mata?).

Lalu selain masalah cegukan, ibu saya juga punya masalah dengan pembuangan gas alam dan kandung kemih. Kentutnya seringkali terlepas begitu saja, tanpa tertahan, dan tanpa kesopanan. Atau kandung kemihnya yang seringkali jebol saat beliau terlalu kencang tertawa, batuk, ataupun bersin.

Tidak ada obat untuk keusangan usia. Raga dan akal akan terjebak dalam kekurangn daya. Selemah bayi muda. Namun lebih buruk, karena kau yang tua tidak semenggemaskan mereka.

Well ibuku masih menggemaskan dan bisa membuatku tertawa saat beliau memukul-mukul pantatnya sndiri sembari menggerutu, karena gas berbau dan berbunyi lagi-lagikeluar dari sana saat beliau baru selesai berwudlu dengan air dingin.

Satu lagi kesamaan orang tua dengan bayi. Emosi mereka menjadi labil. Kita harusbersabar dan pintar-pintarmenjaga agar mereka allways in the good mood. Bila bayi seringkali menunjukan rasa jengkel atau tidak nyaman dengan tangisnya yang sulit kita alih bahasakan ke dalam bahasa manusia dewasa, maka orang tua menunjukan cara yang hampir sama. Ibuku seringkali bad mood tanpa alasan yang jelas. Masa becengkrama antara ibu dan anak perempuannya yang harmonis seringkali rusak dengan omelannya tiba-tiba. Beliau sering memarahiku karena sesuatu yang sepele,(well setidaknya sepele menurutku), seperti memarahiku karena aku duduk sambil jongkok bukannya duduk manis seperti wanita terhormat lain pada umumnya, atau mengomel karena aku terlalu banyak menghabiskan waktu dengan komputer, buku, dan tv, dia berpikir itulah hal yang menyebabkan aku susah cari jodoh sampai sekarang he..he.. sebenarnya beliau ada benarnya. Tapi intinya aku merasa emosi ibuku mudah terpicu oleh masalah sekecil apapun, sama seperti anak kecil. Mungkin ini tidak terjadi kepada setiap orang tua yang menjelang tua lainnya. Tapi kemungkinan sebagian mengalaminya.

Sebisa mungkin aku berusaha berempati, merasakan berada di posisi ibuku sekarang. Hidup selama puluhan tahun, ditambah diikuti banyak beban hidup, maka siapa yang tidak lelah? Bila anak kecil mudah marah karena mereka seringkali frustasi akan apa yang tidak dia mengerti atau tidak ia ketahui, mungkin para manusia yang menjelang tua, dia marah karena dia tahu terlalu banyak, merasakan hal yang sama berulang kali selama masa hidupnya, mereka bosan dan akan melakukan cara yang variatif untuk melepaskan diri dari segala perasaan tersebut. Maka aku dan kalian yang masih lebih muda dibanding mereka, walaupun mungkin kadang sama merasakan lelah juga dalam menghadapi masalah hidup, namun kita masih memiki energi yang lebih untuk tetap menghadapi dunia, dan memiliki energi yang lebih untuk menghadapi dan mengatasi sikap orang tua kita, seberapa mengesalkannya mereka, namun mereka pernah sabar dengan sikap manja dan merajuk semasa kita kecil, apa salahnya giliran kita melakukan hal yang sama.

Tanah kembali menjadi tanah, lemah kembali menjadi lemah. Bayi lemah yang mengesalkan kembali menjadi manula lemah yang mengesalkan.Tapi tetap saja, kau harus menjaga mereka dengan cinta...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun