Empat lawang adalah sebuah kabupaten yang beribu kota Tebing tinggi yang terletak di sumatra selatan, kabupaten empat lawang ini adalah sebuah daerah pemekaran dari kabupaten lahat. empat lawang memiliki tanah yang subur sehingga banyak tanaman tumbuh dengan lebat, contohnya seperti pertanian kopi, kebanyakan dalam sepanjang jalan di empat lawang banyak tanaman kopi, dan mayoritas penduduk empat lawang adalah petani kopi, karena kopi adalah sumber pengahasilan terbesar di empat lawang, selain pertanian kopi ada juga pertanian sawit, biasanya sawit tumbuh di daerah dataran tinggi seperti di sepanjang jalan poros ( jalan lurus seperti tol hanya saja masih menyatu dengan alam). selain kopi dan sawit ada juga pertanian merica yang biasanya panen dalam satu tahun sekali, dan ada juga petani padi yang selalu panen 2x dalam setahun.
untuk kopi bisa sampai 2x panen dalam setahun, pada saat bulan april-mei petani akan panen kopi yang pertama, yang disebut panen buah musim, sedangkan panen yang kedua pada bulan november - desember disebut panen buah selang. untuk harga semua sama dan untuk rasa tetap sama, yang membedakan hanya pada saat panen buah musim penghasilannya lebih banyak dan untuk panen buah selang biasanya lebih sedikit.
yang unik selanjutnya dari empat lawang adalah bahasa yang digunakan, di empat lawang memiliki beberapa bahasa seperti bahasa Nedo, Nede, Ne'e dan ada bahasa dide. yang artinya adalah Tidak. Â untuk dialeg nedo digunakan di daerah pendopo lintang, muara pinang, sikap dalam, dan sekitarnya. untuk dialeg nede digunakan untuk daerah talang padang, tebing tinggi dan sekitarnya, untuk dialeg dide digunakan pada kecamatan pasemah air keruh dan sekitarnya, dan yang terakhir dialeg ne'e yang digunakan di desa karang nado, karang dapo dan sekitarnya.
di empat lawang juga memiliki banyak suku yang terutama suku lintang, dan ada juga suku pendatang seperti suku jawa, suku minang kabau, suku sunda.
Di kabupaten empat lawang memiliki semboyan "Nedo muno mati jadilah" makna dari kata ini adalah membuat semangat para pejuang untuk membela hak, dan jangan pernah lari dari peperangan karena lebih baik mati dalam peperangan dari pada kabur dalam peperangan karena itu akan di cap sebagai pecundang. dan itu akan menjadi aib untuk pendekar.
berikut ini adalah tempat yang menarik untuk didatangi oleh para wisatawan yang berkunjung ke empat lawang, yaitu :
Danau sekedi
setelah 4 jam perjalanan melewati hutan-hutan para wisatawan akan sampai di danau sekedi,disana para wisatawan akan di manjakan dengan pemandangan danau yang luas,suasana yang sejuk dan berembun, suara kicauan burung yang merdu dan goncangan angin yang membuat dedaunan bergoyang. ditambah desiran air danau yang mengalir. disana para wisatawan bisa mengabadikan moment perjalanan ataupun saat bersantai ke sosial media.
dan di danau sekedi terdapat rakit untuk para warga ataupun wisatawan memancing, menyebrang, memasang jaring untuk menangkap ikan, dan untuk mandi karena kalau mandi dipinggiran airnya keruh.
jika ingin memasak air harus ketengah danau karena disanalah air yang bersih, dan untuk menangkap ikan diperbolehkan asal jangan menyetrum. karena beberapa tahun yang lalu di danau sekedi pernah di program oleh pemerintah untuk menyebar bibit ikan, sehingga masyarakat bebas mengambil ikan yang ada disana karena ikan yang ada disana sangat banyak.
untuk mitosnya, kata orang-orang di daerah sana, kalau ada orang-orang baru yang datang pasti akan turun hujan ( pengalaman pribadi dari beberapa teman ku memastikan mitos itu benar-benar nyata,saat mereka baru sampai di titik trip sudah mulai hujan, ada sebagain orang mengartikan bahwa turunnya hujan adalah sebagai sambutan.) ada beberapa masyarakat yang kurang welcome jika ada pengunjung datang ke daerah situ, karena dianggap akan mengganggu mereka yang sedang menjemur padi ataupun kopi. karena mayoritas penduduk adalah petani kopi dan mayoritas kopi jawa berasal dari sumatra.
untuk ke aslian dari danau sekedi masih sangat jarang diketahui oleh para wisatawan karena akses jalan yang masih sulit, keberadaan nya di perdalaman desa, sehingga masih dikit para petualang yang mengetahui tempat danau sekedi ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H