Masing-masing pribadi pasti punya mimpi setinggi langit, termasuk motivasi meraihnya. Semesta pun mendengar lalu menyeru angin menerbangkan mimpi-mimpi itu ke langit. Namun tak semua mimpi bisa sampai ke langit. Nah, kendalanya apa? Banyak. Salah satunya, malas dan tak punya motivasi.
Banyak dari kita hanya mengandai-andai akan terwujudnya mimpi, bukan melihat celah dan mengikhtiarkan untuk terwujud. Kerap kali, diri diracuni dari segi internal dan eksternal. Terlalu banyak godaan yang kini menjadikan diri bersikap apatis, bermalas-malasan, kurang motivasi, hingga tak produktif lagi berkarya. Harusnya, abaikan saja 'racun-racun' itu.
Namanya racun, tentu mudaratnya banyak. Jadi, jangan tinggal diam. Sila ditinggalkan. Temukan kegiatan penuh motivasi, yang mengiringi kita keluar terhindar dari racun-racun tadi. Bebas, terserah dari ingin kita. Ada yang ke kafe, taman, kamar tidur, perpustakaan, dan tempat manapun yang mampu membuat diri tenang dan berpikir buat eksekusi karya-karya keren.
Keluarga menjadi Motivasi dalam Berprestasi
Motivator asal Malang yang kenal sebagai Dian Saputra pun menyampaikan bahwa Semangat internal perlu dikencangkan kembali. Jangan biarkan kendor dalam waktu yang lama.Â
Demikian adanya dengan semangat eksternal. Ia sering ditemukan dalam lingkup terdekat, sebut saja keluarga dan teman-teman. Bagi saya pribadi, salah satu motivasi dalam berprestasi adalah keluarga.Â
Family is my best supporting system. Padanya, ada damai dan sejuk yang kurasa. Padanya, ada tenang dan cinta yang kudapatkan. Padanya, ada doa dan harap yang kutangkap. Menatap mereka, binar mata semakin besar, yang kian lama kian menggenangi pelupuk mata. Jelas, padanya segala keluh dan kesah kutumpahkan.
Manusia mana pun, pasti pernah merasa berada di titik terendah, keadaan paling buruk hingga tak menyisakan pundi semangat untuk bangkit dan berkarya kembali. Seakan dunia miliknya sendiri ketika sudah terjebak dalam comfort zone. Tak menoleh siapa gerangan yang berada di sekitarnya, cukup dengan menikmati me-time lebih lama dengan tidur-tiduran, dirinya bahagia tak terkira. Gembiranya, tak sedikit dari kita yang mampu melerai dirinya dari posisi di titik terendah itu.
Seringkali, saya diperhadapkan pada kondisi tersebut. Rasanya sebal dan kecewa berhadapan dengan kondisi itu. Alasannya? Terlalu besar kekuatan magnet menarikku kembali jika aku berusaha untuk bangkit. Inginku tidak mau lagi bertemu dengannya, menyebalkan.
Semenit kemudian, lewat pertarungan akal dan hawa nafsu, saatnya hawa nafsu mengalah sebentar. Akalku amanah menyampaikan perintah. Neuron-neuron di otakku bekerja dengan sempurna menyampaikan impuls hingga ke saraf motorik sampai terbentuk reaksi.Â
Akalku tegas memerintahkan kalau lagi terpuruk, ingat orang tua selalu. Mereka kerja berpeluh bahkan dengan darah sekalipun. Nyatanya apa? Kerja tanpa malas, mengeluh, dan merintih. Kerja ikhlas, dari hati yang tulus untuk buah hati tercinta.