Sebagai juru kunci Gunung Merapi, Mbah Maridjan bersikeras untuk tetap tidak ikut dalam evakuasi yang dilakukan oleh pemerintah setempat. Keyakinan, kepasrahan atas kehendak dan pertolongan Allah akan datang membuat si mbah tetap berada di rumah, bahkan melaksanakan shalat di mushola.
Mungkin jika untuk kepentingan dan keyakinan si mbah sendiri tidak apa - apa, namun keyakinan ini juga diikuti oleh beberapa tetangganya, dan keyakinan ini juga membuat orang - orang yang peduli akan keselamatan si mbah harus meregang nyawa, ketika mencoba untuk menjemput dan memaksa si mbah untuk turun gunung.
Saya jadi teringat salah satu cerita,
Alkisah ada seorang ulama yang sangat alim dan taat beragama. Tiada hari ia lewatkan tanpa berdoa dan dzikir kepada Allah SWT. Ia pun sangat yakin bahwa kehidupan di dunia ini sangat kejam, dan hanya dengan perlindungan dan pertolongan Allah ia akan selamat.
Sampai suatu ketika, musibah terjadi. Banjir melanda tempat tinggal ulama tersebut. Ketika tinggi air masih setinggi Pinggang orang dewasa, sang ulama berdoa, " Ya Allah, hanya Engkaulah yang mampu menyelamatkan hamba dari musibah ini. " Kemudian ia berdzikir .... para tetangga sudah mengajak ulama itu untuk mengungsi namun ia bersikeras Allah akan menolongnya.
Sekarang, ketinggian air sudah meningkat, sehingga tidak dapat lagi kaki berpijak di tanah, sang ulama pun naik ke atas genteng rumahnya. Ia pun berdoa, " Ya Allah, tidakkah Engkau peduli kepada hambamu ini, aku mohon Ya Allah tolonglah hamba keluar dari musibah ini. " Lalu terdengarlah teriakan orang dari bawah ... " Hai Pak, mari ikut perahu karet kami, kemungkinan besar air akan menenggelamkan desa kita " " Tidak, terima kasih, " begitu ulama membalasnya, dan perahu karet pun meninggalkan sang ulama.
Sampailah pada kejadian yang sudah diperkirakan, air bah datang dan menenggelamkan seluruh desa termasuk sang Ulama. Ketika ruhnya bertemu dengan Allah, ia pun bertanya " Ya Allah, apakah amalan dan ibadah tidak ada artinya bagiMU, sehingga ketika aku membutuhkan pertolonganMU, Engkau tidak menjawab doa -doaku. "
Allah pun berkata, " wahai fulan, sesungguhnya aku mendengar doa - doamu, dan aku telah mengabulkan doa - doa mu itu, namun sepertinya engkau tidak menyadari pertolongan yang telah Aku kirimkan. Pertama, aku suruh tetanggamu untuk mengajak dirimu pergi dari desa ketika keadaan masih memungkinkan dirimu untuk pergi dengan berjalan. Kedua, aku kirimkan orang - orang yang peduli dalam perahu karet untuk menjemputmu, namun engkau tetap tidak berkenan untuk ikut dengan mereka. "
Nahh ... cerita ini mungkin bisa menjadi bahan renungan kita semua termasuk untuk si Mbah Juru Kunci Gunung Merapi. Pertolongan Allah mungkin datang bukan dalam bentuk tiba - tiba Gunung Merapi langsung tertidur, namun Allah menjawab doa dan memberikan pertolongan melalui tangan orang lain yang peduli dengan keselamatan orang lain.
(^.^)