kucing jantan mungil yang kemudian dinamakan Kuku. Ia terlahir sebagai anak kedua dari keluarga yang cukup terpandang. Ayah Kuku adalah seorang tokoh di masyarakat, begitu pun dengan Sang Ibu. Kuku dan keluarganya tinggal di perantauan yang jauh dengan sanak saudara.
Di suatu masa lahirlah sosokKucing jantan berbulu putih bersih itu dibesarkan dengan nilai-nilai disiplin dan "unggah-ungguh" yang kuat. Ia sangat disiplin belajar, disiplin mengaji bahkan disiplin berolahraga.
Kuku terbiasa berkata dan bersikap santun terhadap semuanya. Baik kucing yang seumuran, lebih tua bahkan yang belum kenal pun kagum dengan sosok Kuku yang supel itu. Si jantan yang jago adzan itu diharapkan mampu menjadi sosok pemimpin hebat di kemudian hari.
Sebenarnya, Kuku bukanlah sosok kucing yang sulit untuk belajar. Ia hanya kurang tertarik untuk belajar matematika, sains dan sejenisnya di sekolah. Tidak heran jika tidak ditemukan nama Kuku bertengger di barisan peraih peringkat sepuluh besar di kelas. Hal itu tentu membuat orang tuanya kecewa, hingga "lupa" dengan prestasi-prestasi Kuku di luar bidang akademis lainnya.
Seringkali orang tua kucing peraih gelar juara bela diri itu lebih membanggakan keponakan-keponakannya. Kuku seringkali dibandingkan "kepintaran akademisnya" dengan sepupu-sepupunya, lantaran mereka selalu mendapatkan peringkat di kelas. Hal itu berjalan terus menerus.
Kucing jantan yang mulai beranjak dewasa itu lebih banyak memperoleh "apresiasi" dari teman-teman dan guru-guru bela dirinya di luar sana.
Suatu ketika, tibalah Meong salah satu sepupu yang ingin mengisi waktu libur di rumah Kuku. Meong tinggal di kota kecil berjarak tempuh tiga jam perjalanan mobil dari tempat tinggal Kuku. Mereka berdua seumuran, namun tidak begitu akrab karena frekuensi mereka bertemu hanya dapat dihitung dengan jari.Â
Selama berlibur, mereka berdua tidur bersama di kamar Kuku yang harum, rapi dan bersih. Iya, dibalik sifat tegas dan kerasnya, Kuku memang kucing yang selalu menjaga kebersihan.
Di suatu sore yang cerah, Meong berpamitan kepada kedua orang tua Kuku untuk berjalan-jalan menikmati suasana dan hiruk pikuk kota besar. Kuku sangat khawatir dengan keselamatan sepupunya hingga ia menawarkan diri untuk menemani Meong berjalan-jalan. Sayangnya, tawaran Kuku tersebut ditolak.
Kuku yang selalu bercerita tentang apapun kepada ibunya memulai percakapan.
"Sepertinya ada sesuatu yang tidak beres tentang Meong deh, Bu."