Menghindari krisis moneter jilid II
Selasa (18/11) kemarin, ada penyampaian visi dan misi kandidat akan menjadi Ketua HIPMI—Himpunan Pengusaha Muda Indonesia wilayah Lampung.Hipmi akan mengadakan Musyawarah Nasional (Munas) akhir tahun ini.Visi misi ketiga calon ini bagus, semuanya berusaha menmperjuangkan pemuda di Lampung untuk bisa berwirausaha di sektor UMKM.Saya yakin, ketiga pemuda tersebut ingin Lampung wilayahnya tempat tinggal bisa semakin tumbuh tingkat perekonomiannya.Mereka adalah Muhammad Kadafi, Ardian Saputra, dan Yonasyah.
Panelis yang berada di forum tersebut, Akademisi Universitas Lampung Asrian Hendi Cahya menilai jika ada dua persen saja penduduk Indonesia yang menjadi pengusaha akan maju perekonomian Indonesia.Untuk itu, HIPMI lewat kegiatannya dan serikatnya akan memajukan pengusaha muda di Lampung.
Di Lampung September lalu, ada dana yang belum masuk ke Kas BI sebesar Rp 600 Milyar.Dana itu tidak sebanding antara yang dikeluarkan BI dan yang masuk ke BI.Nunu Hendrawanto Deputi Kantor Perwakilan Bank Indonesia di Lampung menilai Idealnya ada kesamaan, antara dana yang dikeluarkan dan masuk ke Bank Indonesia.Banyak masyarakat Lampung yang bekerja dan memperoleh hasil uangnya dari Lampung, tapi uang tersebut dibelanjakan ke luar daerah, seperti berlibur, belanja, atau bahkan sampai keluar negeri, kegiatan kunjungan, dan belajar atau studi banding lainnya.Memang seharusnya uang yang kita peroleh di Daerah harusnya bisa di pakai juga didaerah tempat kita tinggal, jangan sampai uang tersebut sampai berpindah ketempat yang lainnya.
Peneliti Ekonomi Universitas Indonesia, Lana Soelistyaningsih yang sempat berdiskusi dalam Lampung Economi Outlook Minggu lalu di KPBI Lampung menjelaskan masyarakat perlu memiliki rasa loyal terhadap kualitas dan penggunaan barang didaerahnya sendiri.Ketika masyarakat sudah loyal dengan barang yang dihasilkan dari daerahnya sendiri, maka bila ada barang impor berdatangan tidak begitu terpengaruh dengan barang baru.Loyalitas ini yang menjadi kekuatan didaerah untuk bisa menjadi pemenang di Masyarakat Ekonomi Asean Desember tahun depan. Loyal terhadap produk andalan daerah, bila di Lampung ada keripik, dan tapisnya yang terkenal. Saya pikir Lana, memang menyiratkan untuk warga bisa memakai produk dalam negeri, dengan begitu bisa menjadi promotor untuk perkembangan dan pertumbuhan perekonomian di daerah tersebut.
Kita bisa melihat lagi, krisis yang terjadi di Indonesia lebih dari satu dasawarsa lalu.Penyebabnya banyak, sistem keuangan yang tidak stabil mengakibatkan krisis terjadi.Krisis moneter penyebabnya multi dimensi, utang negara yang jatuh tempo, tapi kita hanya memiliki sedikit devisa untuk membayar utang luar negeri, sampai sistem perbankan yang tidak sehat ditambah angka kredit macet yang tinggi.Tentunya Hal ini, tidak akan terjadi lagi di Indonesia.Lewat Bank Indonesia perannya menjaga stabilitas sistem keuangan sungguh berat, mengendalikan katrol inflasi, menetapkan BI rate, menjaga nilai tukar rupiah untuk stabil, bahkan menguat terhadap dollar Amerika.
Tidak stabilnya sistem keuangan akan jatuh pada krisis moneter, tentunya ini yang tidak akan pernah terjadi lagi.Dalam suatu pertemuan diskusi, saya pernah mendapat informasi, disuatu negara mempunyai pendidikan finansial yang baik.Pelajar SMA sudah diajarkan untuk berbisnis.Setiap siswa yang mendapat keuntungan dengan patokan nominal tertentu misalnya Dua Miliar, baru bisa lulus sekolah.Tentunya, ini menjadi pelecut baru bagi kita yang ada di Indonesia dengan sistem pendidikan yang ada saat ini.
Kembali lagi ke HIPMI, pemerintah perlu mendorong pengusaha muda untuk terus berkarya, leawat wirausaha untuk mendorong perekonomian disemua sektor.Berilah kemudahan untuk pemuda supaya bisa mendapat dana untuk berinvestasi dan mengembangkan usahanya.
Pinjaman masyarakat Lampung sudah Rp 45 Triliun
Pinjaman atau kredit yang diberikan ke masyarakat di Lampung (Januari-Juli) 2014 dari pembiayaan Bank umum dan BPR data Kantor Perwakilan Bank Indonesia Lampung mencapai Rp 45,78Triliun.  Angka ini terus naik dibanding 2013 hanya Rp 42,85 Triliun, 2012 sebesar Rp 34,9 Triliun, dan 2011 sebanyak Rp 27,73 Triliun.
Dari Rp 45 Triliun itu, dipisah untuk modal kerja Rp 20,54 Triliun, investasi Rp 9,47 Triliun, dan konsumsi Rp 15,76 Triliun.  Selain itu kredit UMKM di Lampung pada semester I 2014 sebesar Rp 14 Triliun atau 30,75 persen dari total pinjaman masyarakat Lampug.  Humas KPBI Lampung Jarot Ureawan mengatakan semakin tinggi angka kredit perekonomian Lampung akan semakin bagus.
Saat ini angka macet kredit di Lampung 2014 sudah mencapai 4,2 persen. Jarot menilai perlu perhatian serius dari pemerintah untuk itu, karena toleransi kredit macet mendekati angka yang ditoleransi BI sebesar lima persen.  Menurutnya, Bank juga saat ini sudah ketat meminjamkan uang ke calon debiturnya. Jarot mengatakan saat ini Bank sudah mendekat ke pasar-pasar untuk mempermudah pelayanan ke masyarakat.
Meski angka kredit bertambah, tapi sayangnya nilai investasi Rp 9,47 Triliun, lebih rendah dibanding kredit konsumsi Rp 15,76 Triliun.  Angka kredit investasi ini, yang mustinya ada di benak pemuda kita yang nantinya akan menambah penghasilan masyarakat, tenga kerja, dan perputaran uang bisa stabil.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H