Mohon tunggu...
Dian Wahyu Kusuma
Dian Wahyu Kusuma Mohon Tunggu... profesional -

Jurnalis Wawancara dan Menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Cara Merawat Orangtua Lanjut Usia

18 November 2014   23:59 Diperbarui: 23 November 2015   14:12 2101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Secara psikologis, lanjut Retno lansia biasanya lebih sensitif atau perasa, cenderung mudah tersinggung. Untuk fase tidurnya, lebih banyak melek ketimbang tidurnya, bahkan tidur juga tidak senyeyak,senyaman waktu muda dulu,” kata Pns di Rumah sakit Jiwa Kemiling ini.

Dari segi perilaku, biasanya lansia lebih banyak ingin dimengerti dibanding memahami orang lain.  Ketika orang yang diwaktu muda sulit beradaptasi, saat lansia juga sulit untuk beradaptasinya.

menurut Retno, Keadaan fisik dan psikolig sudah mulai berkurang. Orangtua itu idealnya adalah bijaksana, tapi kenyataannya tidak semua begitu, kecuali dulu saat muda punya pengetahuan self knowledge lebih baik, jadi lebih siap saat menghadapi lansia. “Self knowledge berarti seseorang itu mengerti kelemahan dan kekuatan dalam dirinya. Biasanya dia pemarah tapi pemaaf, berbeda dengan orang yang tidak tahu self knowledge. Sebenarnya self knowledge ini adalah modal hidup yang ada pada diri manusia untuk bertindak didalam hidup sehari-hari. Ketika menonjok seseorang juga misalnya, orang itu akan sulit untuk tidur nyeyak kalau berbuat salah,” kata wanita kelahiran Jepara, Jawa tengah 1969 ini.

Anak dalam merawat orangtua, bila ada kekeliruan, anak bisa memafkan.  Tapi, Retno menilai banyak anak jarang melakukan yang standarnya, seperti kurang sopan, santun, hormat, kadang emosional, marah-marah dengan orangtua.

Di Indonesia, merawat orangtua di Panti jompo dianggap tabu, dan dinilai kualat dengan orangtua.  Padahal kalau di panti jompo, bila lansia punya self knowledge pasti merasa Happy.  Orangtua merasa tidak ingin mereporkan anaknya.  Ada agenda seperti baca koran, pengajian, saling curhat, ada dokter dan pemberian obat. Kadang anak-anak cenderung sulit memahami orangtua, kita agak bisu dengan perilaku orang lansia.  Di negara maju, banyak lansia di panti jompo dengan fasilitasnya yang baik.

Kalau ada orang yang beranggapan lansia balik lagi ke bayi, Retno menepisnya.   “Kalau bayi itu wangi, lucu, lansia itu bau, sarang kosong, merasa paling hebat, cerewet, sangat tidak menyenangkan, anak-anak harus lebih banyak care. Bahan agama juga menganjurkan untuk berbakti kepada orangtua,” kata Psikolog lulusan UGM ini.

Lansia juga tergantung dari segi ekonomi.  Kebutuhan lansia merawat fisiknya, makanannya, kesehatan, vitamin dan penampilannya.  Orang yang memiliki finansial bagus tidak menjadi problem, tapi ketika pas-pasan bisa repot. Kebutuhan ekonomi masih menjadi penghalang Lansia di Indonesia.  Faktor kesehatan yang terus menurun, sehingga harus berobat. Menurut Retno, pemerintah saat ini juga melakukan program BPJS salah satunya bisa membantu para lansia yang membutuhkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun