Mohon tunggu...
Dian Pertiwi Joshua
Dian Pertiwi Joshua Mohon Tunggu... Penulis - Only human

Tukang nulis, senang motret https://www.flickr.com/photos/dianjoshua/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Gawat, Kekerasan Indonesia Berstatus Darurat

25 Mei 2016   20:18 Diperbarui: 25 Mei 2016   20:56 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar dari : mamas.heck.in

Belakangan ini berita kriminal terus dipenuhi dengan kekerasan. Entah itu berbentuk fisik, seksual, dan masih banyak lagi lainnya.

Kekerasan seolah telah membudaya.

Adakah mata pelajaran kekerasan dalam pendidikan, hingga sekarang ini melakukan kekerasan seolah telah menjadi kebiasaan?

Ataukah, siapa yang boleh disalahkan atas tingginya kasus kekerasan di Indonesia?

Menyangkut kekerasan, situasi ini mengingatkan kita pada bangku sekolah. Di mana awal tindakan kekerasan dimulai. Dari bullying misalnya. Sikap kekerasan tentunya menjadi rumit dan menyebar hingga pada tingkat kasus kejahatan serius.

Ada baiknya sekolah menyelipkan “Pendidikan Anti Kekerasan”. Dan, sementara pendidikan membenahi kurikulum anti kekerasan, sebenarnya ada jalan pintas lain supaya tindak kekerasan berkurang. Reaksi seseorang anak terhadap perilaku yang ia tunjukkan adalah hasil pembelajaran yang didapat dari keluarga.

Artinya, untuk meminimalisir bahkan menghapuskan ‘kekerasan’, keluarga dan pendidikan mesti saling bekerja sama.

Misalnya, jika dalam pendidikan gerakan nyatanya melalui memasukkan mata pelajaran anti kekerasan dalam kurikulum yang berlaku di Indonesia, menangani bullying di kalangan siswa dengan cara yang tepat sasaran, menindak tegas atas pelanggaran berupa kekerasan yang dilakukan, hingga memberi sanksi atau funishment.

Sedangkan keluarga bisa memulai aksi dengan memberi contoh sikap terpuji, kurangi marah atau bicara kasar, hindari memukul, mencubit dan lain sebagainya, membatasi tontonan anak sesuai usia, mengedepankan karakter sebagai tolak ukur keberhasilan anak. Karena memiliki akhlak gemilang jauh lebih berguna ketimbang hanya mempunyai prestasi di kelas dengan nilai rapot tinggi.

Apapun bentuknya, tindak kekerasan sudah tak bisa lagi ditoleransi, maka dari itu sebaiknya generasi Indonesia segera diselamatkan sebelum bangsa rusak.

---

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun