Tapi, kenapa bus pengganti tersebut juga tampak sepi penumpang?
Karena sebagian besar penumpangnya justru lebih senang beralih ke kereta meski kondisi yang ada, kerap dalam kereta berdesakan dan tak nyaman untuk pengguna transportasi umum, khususnya di jam pergi serta pulang kerja. Sisanya berganti naik apa? Kembali lagi pada kendaraan pribadi yang karenanya setiap pagi arah menuju Jakarta dari Depok manapun selalu padat merayap hingga menyebabkan kemacetan karena volume kendaraan membludak, sedangkan luas jalan tak bertambah.
Lalu, bagaimana dengan kuli bangunan dan pedagang?
Mereka masih berharap pemerintah mau memperhatikan nasib keluarga mereka dengan tidak menutup trayek patas AC Mayasari Bakti 84. Karena sebagian besar pedagang berjualan di sekitar Pulo Gadung dan banyak buruh di kawasan industri Pulo Gadung. Hanya bus tersebut yang masih membolehkan penumpangnya membawa barang dagangan sebanyak apapun, serta membawa alat kuli meski karungan. Sedangkan APTB memiliki prosedurnya sendiri, begitu pula dengan kereta api yang sudah pasti orang seperti kuli dan pedagang dilarang membawa barang sebanyak karungan serta berbau menyengat.
Semoga Kota Depok semakin ramah bagi pengguna transportasi umum.Â
Dengan perbaikan yang terus berjalan, kami yakin Pemerintah Depok selalu berupaya menyejahterakan warga Depok.
Salam,
Pengguna jasa transportasi umum Mayasari Bakti Patas AC 84
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H