Mohon tunggu...
Dian Palupi
Dian Palupi Mohon Tunggu... -

Dari kota Malang segalanya berawal, kemudian Jakarta sebagai kota perjuangan hidup, dan Yogjakarta adalah kota untuk menikmati hidup.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

KESADARAN : when you know what you’re doing….

10 Oktober 2010   07:54 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:33 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

KESADARAN : when you know what you're doing.... [caption id="attachment_284865" align="alignleft" width="167" caption="Kesadaran foto: metasains.com"][/caption] Banyak orang yang bila ditanya, " apa sih yang dilakukan saat ini? kenapa melakukan hal itu?" tidak bisa menjelaskan alasan kuat.  Contoh sederhana, sekarang lagi musim handphone merk B, berbondong-bondong orang membelinya, sehingga produk ini laris manis bak kacang goreng.  Bila ditanya, apa alasan membeli?  Jawaban yang lazim adalah karena lagi tren, semua orang pakai, jadi kalau tidak pakai akan ketinggalan jaman, nggak gaul, gengsi dong.  Jadi alasannya adalah karena orang lain dan gengsi, bukan karena apa yang sebenar-benarnya dibutuhkan.  Kebutuhan hakiki menjadi urutan kesekian dibawah masalah gengsi dan demi pengakuan status sosial. Bila kita bertanya pada diri sendiri terhadap apapun yang kita lakukan, alasan kenapa melakukannya dan kita tahu persis tindakan yang kita lakukan itu ada manfaat untuk diri sendiri dan orang dengan keyakinan kuat, berarti kita sudah tahu apa yang kita lakukan.   Manage yourself or your surrounding will manage you.  Apakah kita membeli handphone untuk ‘diatur' olehnya, atau kita membeli untuk bisa ‘mengatur'nya.  Bila kita ‘diperbudak' artinya, tidak bisa menjadi tuan dari benda itu, sangat terikat bahkan 24 jam tidak bisa dipisahkan, semua aktifitas sangat bergantung darinya.  Tetapi bila kita bisa menjadi ‘tuan' terhadap benda itu, maka kita yang mengatur kapan dibuka, dimatikan dan tidak tergantung sama sekali dengan atau tidak adanya benda itu. Handphone hanyalah contoh sederhana.  Banyak kebendaan lain di sekitar kita yang ‘memperbudak' diri kita seolah kita tidak punya pilihan lain.  Gaya hidup adalah salah satunya.  Kebanyakan dari kita selalu melihat ke atas, tetapi jarang melihat ke bawah dan mensyukuri segala nikmat yang diberikan oleh Sang Maha Pengatur Hidup.  Malu untuk memakai baju, tas atau apapun yang melekat bila tidak ber'merek'.  Malu untuk memakai kendaraan umum, gengsi naik bis, ojeg, angkot.  Dan berusaha keras untuk bisa memiliki mobil pribadi supaya dapat pengakuan dari teman, saudara dan tetangga meskipun harus kredit dan gali lubang tutup lubang.  Padahal semua itu adalah pengakuan semu. You can create your future and change your world when you know what you're going.  Bila kebanggaan yang ada dalam diri kita hanya sebatas semua ‘label' dan ‘benda' yang melekat dalam tubuh, maka suatu saat bila semua yang melekat itu sirna yang tinggal adalah diri yang tidak bermakna.  Tetapi bila keberadaan kita di dalam lingkungan sosial bukan karena kebendaan, tetapi karena pemikiran, ucapan, tingkah laku dan perbuatan nyata yang bermanfaat maka apapun label yang melekat tidaklah ada artinya.  Diri adalah diri yang punya kekuatan jauh lebih besar daripada kebendaan yang melekat. Menjadi diri sendiri, tahu kemana akan melangkah, tahu kenapa melakukan perjalanan hidup ini dan selalu mensyukuri semua apa yang ada sekecil selembar rambut maupun sebesar alam semesta yang tidak terjangkau akan membuat kita menjadi kuat dan tidak tergoyahkan oleh apapun yang hanya bersifat semu. Alam adalah laboratorium terbesar yang  setiap saat kita bisa melakukan percobaan, untuk  melihat hasil yang sudah ada, sekaligus belajar dari kesalahan yang berlangsung.  Happy surfing in your life......and make sure that you know what  you're doing and where you're going... Salam DP

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun