Mohon tunggu...
Dianovi HanifatunNisa
Dianovi HanifatunNisa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Tetaplah menjadi diri sendiri

Selanjutnya

Tutup

Diary

Keterbukaan Diri (Self Disclosure) Seorang Teman

22 Desember 2021   23:28 Diperbarui: 23 Desember 2021   20:04 689
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Manusia tidak terlepas dari hubungan antar pribadi, karena manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan orang lain untuk saling berbagi banyak hal. Proses itu yang akan menghasilkan sebuah kedekatan antar individu, kedekatan itu bisa disebut dengan pertemanan. Dalam sebuah pertemanan kita sering melakukan  komunikasi, namun dalam berkomunikasi kita sering kali mengatur pembahasan dalam berbicara dengan seorang teman. Kita memilih mana hal yang bisa diceritakan dan hal yang tidak bisa diceritakan (privasi). Dalam hal ini mengacu pada self disclosure dari seseorang.

Apa itu self disclosure?

Menurut Almant dan Tylor 1973 Self disclosure adalah sebuah tindakan atau kemampuan seseorang dalam mengungkapkan informasi secara pribadi tentang dirinya kepada orang lain. Self disclousure bisa berupa curhatan tentang segala hal dalam hidupnya yang bersifat privasi yang dimiliki orang lain dan biasanya  hanya diceritakan oleh orang-orang terdekat yang sudah dipercaya.

Membahasa tentang self disclosure saya jadi mengingat pengalaman saya tentang kekecewaan self disclosure saya dengan teman SMP  dan kepercayaan  self disclosure teman SMA kepada saya.

Mengawali dengan kekecewaan self disclosure saya kepada teman saya,dalam kasus ini saya sangat  kecewa dengan teman SMP saya, karena suatu hari saya memiliki sebuah masalah yang menurut saya sangat menyedihkan, saya sudah 3 tahun berteman dengannya. Banyak hal yang kita lalui dan cerita pribadi yang kita curahkan. Kami sangat percaya satu sama lain tentang menjaga sebuah rahasia. Namun, suatu hari dia secara terang terangan menceritakan hal menyedihkan saya yang menurut saya sangat lah privasi dan tidak pantas untuk di ceritakan kepada orang lain. Dari kejadian tersebut saya merasa kecewa dan malu, saya sangat sedih karena saya sudah sangat percaya kepada teman saya tentang self disclosure permaslahan hidup saya secara pribadi. Namun ia tidak meminta maaf ataupun merasa bersalah telah membuka privasi saya kepada orang lain. Saya menjadikan kejadian tersebut sebuah pelajaran berharga untuk bisa selalu menjaga kepercayaan seseorang.

Melanjuti pembahasan self disclosure, saya juga memiliki pengalaman yang berharga menurut saya, karena saya sangat dipercaya ketika menjadi tempat untuk bercerita. Ketika saya SMA, saya memiliki cukup banyak teman, namun mereka sangat lah percaya kepada saya mengenai hal privasi. Suatu hari teman SMA saya datang ke rumah menemui saya sambil menangisi masalah yang ia hadapi, masalah itu memang sangatlah srius dan bersifat sangat privasi saya pun cukup kaget mendengar cerita tersebut. Sudah seminggu ia memendam masalah tersebut dan tidak kuat untuk memendam sendiri. Ia berceritta bahwa ia hanya bisa berfikir untuk bercerita kepada saya saja, maka dari itu ia menemui saya untuk bercerita dan meminta solusi. Pada saat itu saya merasa bahwa teman saya ini mempercayai saya tentang self disclosure masalah hidupnya yang sangat privasi. Saya sangat menghargai kepercayaan yang di miliki teman SMA saya kepada saya.

Menjaga sebuah kepercayaan tidaklah mudah, namun kekecewaan saya pada teman SMP saya menjadi pelajaran berharga tentang self disclosure, karena kekecewaan tersebut  mengajarkan saya untuk memahami bagaimana sebuah kepercayaan harus dijaga, pentingnya menjaga sebuah rahasia, dan kesepakatan dalam merahasiakan sebuah cerita yang bersifat pribadi.

Dalam dua kasus pengalaman saya tentang self disclosure membuat saya berfikir, mungkin banyak sekali orang diluar sana yang sulit untuk terbuka tentang masalahnya karena kurangnya kepercayaan atau mengalami kekecewaan pada kepercayaan yang sudah dibangun. Hal ini membuat orang terus memendam permasalahanya yang berdampak pada mental health seseorang. Menurut saya, dipercayai oleh seseorang merupakan sebuah pertanggung jawaban yang harus kita jaga, karena kepercayaan itu sangat mahal. Mungkin ga banyak orang yang akan menaruh kepercayaan kepada sembarang orang, hanya orang terdekat atau hanya orang-orang tertentulah yang bisa kita berikan kepercayaan.Untuk itu kita harus menjaga setiap kepercayaan yang sudah diberikan kepada kita. Self disclosure kepada seseorang yang sudah kita percayai membuat kita bisa merasakan ketenangan karena merasa ada seseorang yang bisa menjadi pendengar keluh kesah dan mensupport kita ketika kita sedang terpuruk. Untuk itulah sangat penting sekali kita harus bisa membangun hubungan yang baik dengan seseorang yang mampu untuk bisa memegang kepercayaan.

Solusi yang tepat untuk persoalan kepercayaan pada self disclosure  dengan seseorang yaitu berceritalah kepada orang yang memiliki hubungan kedekatan cukup lama dengan anda, karena hubungan kedekatan yang berjalan cukup lama akan membuat anda saling mengenal lebih jauh tentang kejujuran, kekurangan, ketulusan, dan segala aktivitas yang sudah dilakukan bersama-sama bisa membuat anda memiliki kepercayaan. jika kita merasa dikhianati ataupun merasa dibohongi oleh seseorang yang sudah kita berikan  kepercayaan, maka kita harus bisa belajar menjadi manusia yang berintegritas dalam setiap membangun hubungan pertemanan. Memang tidak mudah dalam menemukan seseorang yang bisa kita percaya, maka dari itulah jadilah orang yang bisa memegang kepercayaan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun