Mohon tunggu...
Hardiyan Putri Oktaviani
Hardiyan Putri Oktaviani Mohon Tunggu... -

Berawal dari mimpi, perlahan jadi pasti

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ketika Rindu Menyapa

11 Mei 2013   15:32 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:44 432
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sayang, entah mengapa hari ini aku begitu merindukanmu. Kau tau, hari ini aku meneteskan air mata lagi ketika mengingatmu yang jauh dari pandanganku. Aku mencoba menguatkan diriku ditemani bayangmu. Mengais sisa memori kenangan kebersamaan kita Sayang. Tapi rasanya itu belum cukup untuk membendung rinduku ini. Rindu yang mungkin kau kirimkan lewat sayup-sayup rintikan hujan malam ini.

Begitu banyak rindu yang kau ciptakan lewaat bayanganmu Sayang. Aku tak paham mengapa ini terasa berat bagiku. Merindukanmu, menatap langit-langit bayangmu dan perlahan meneteskan bulir air mata kerinduan yang mendalam. Pipiku terlalu sering basah saat mengingat senyum simpulmu. Senyuman yang begitu lekat dibenakku. Seakan selalu mengajakku kembali ke dalam mimpi yang akan mempertemukanku dengan bayanganmu, ya hanya bayanganmu Sayang.

Aku tau memang tak seharusnya aku terlalu bersedih saat rindu ini terasa menghujam dadaku. Menyesakkan, ya seperti itu rasanya. Sebulan ini waktu terasa lambat berlalu. Mungkin itu karena aku selalu menghitung jam, hari dan minggu yang telah ku lalui tanpa kabar darimu.

Selalu aku ingat percakapan satu menit dua puluh enam detik kita Sayang. Untuk pertama kalinya aku kembali mendengar suara yang selalu bisa membuatku merasakan kenyamanan hati. Kau begitu terdengar bersemangat dan bergembira Sayang. Begitu terkejutnya aku saat tiba-tiba kau menghubungiku ketika itu. Hingga aku tak mampu banyak berkata, sampai kau mengakhiri percakapan itu dan mengucapkan kata rindumu kepadaku. Aku berusaha menahan tangis yang ada di pelupuk mata tapi dayaku mungkin telat luluh teraduk-aduk oleh rasa gembira, kaget dan rindu yang mendalam Sayang.

Begitu bahagia saat membayangkanmu kembali menyapaku lewat telepon atau sekedar pesan singkat penuh rindu. Mungkin dua, tiga, atau empat bulan lagi, entahlah. Bagiku itu tak masalah, menantimu selalu membuatku bersemangat melalui hari-hariku. Memang semestinya aku tak boleh merengek atas rindu yang kau ciptakan ini. Sedangkan kau di sana entah sedang di tempa seperti apa dan aku tak pula tau, apa kau merasakan kesakitan di sana. Semoga rindu yang ku titipkan lewat desir angin malam ini mampu menguatkanmu Sayang.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun