Berbicara tentang bimbingan dan konseling tidak bisa terlepas dari dunia pendidikan karena bimbingan dan konseling terdapat  didalamnya. Pendidikan bertolak dari hakikat manusia dan merupakan upaya membantu manusia untuk menjadi apa yang bisa dia perbuat dan bagaimana dia harus menjadi (becoming) dan berada (being).Â
Pada  bimbingan dan konseling Sumber filsafat  pada hakekatnya merupakan dasar pijakan dan kacamata bagi konselor dalam melaksanakan dan mengembangkan layanan bimbingan dan konseling. Kajian bimbingan dan konseling terfokus pada pengembangan perilaku individu  untuk mewujudkan keberfungsian diri dalam lingkungan, membantu individu berkembang secara efektif. Sedangkan filsafat dalam bimbingan dan konseling bersumber dari filsafat tentang hakikat manusia
Konselor dalam bimbingan konseling memiliki peran sebagai fasilitator yang harus mempunyai kemampuan dalam memahami karakteristik manusia yang berbeda dan unik. Â Karena itu seorang konselor perlu memahami sumber filsafat bimbingan konseling yaitu tentang hakikat manusia, dimana konseli akan dibawa dari manusia yang apa adanya menjadi manusia yang mandiri, berkembang secara optimal dan bisa mnegaktualisasikan dirinya secara optimal.
Secara Teoritis bimbingan adalah kegiatan memberikan bantuan pada seseorang dalam menetapkan pilihan penting yang berpegaruh pada kehidupannya melalui pemberian pemahaman, manajemen, dan fokus pada pengembangan, dengan perpaduan dari beberapa layanan, salah satunya meliputi layanan konseling selaku pokok layanannya (the heart of guidance) sebab, secara kontak bersinggungan dengan problematika individu. Sedangkan konseling memiliki makna sarana penyelesaian permasalahan yang dihadapi oleh seseorang dalam memperbaiki kepribadian, memilah tindakan, gagasan, yang bertujuan meringankan beban permasalahan serta meluaskan kesadaran individu dalam aspek social, fisik, pendidikan, emosional, serta kebutuhan moral. (Thohir; 2021)
Sumber dari filsafat bimbingan dan konseling adalah hakikat manusia. Manusia pada dasarnya adalah unik, memiliki pembawaan dan pengalaman yang unik, Â manusia dipengaruhi oleh lingkingan sosial budayanya, manusia dilahirkan dengan potensi dan bisa berkembang, manusia adalah makhluk yang rasional dan mampu untuk berfikir.
Dengan memahami hakikat manusia tersebut maka dalam mengimplementasikan proses  bimbingan dan konseling diharapkan tidak menyimpang dari hakikat tentang manusia. Seorang konselor dalam berinteraksi dengan konselinya harus mampu melihat dan memperlakukan konselinya sebagai sosok utuh manusia dengan berbagai dimensinya dan cara pandang yang utuh tentang manusia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H