Deburan ombak, kicauan burung, cahaya senja, dan hembusan angin menyapaku bersama rindu. Sudah dua tahun aku menunggu tanpa ada kabar yang sampai padaku. Entah yang sebaliknya merasakan yang sama sepertiku atau tidak. Entah yang sebaliknya masih mengingat semua ucapan itu atau tidak.Â
Jelas-jelas aku menyimpan rapi semuanya di kepala. Ingin rasanya aku menyelam, melewati samudera hingga aku bisa bertemu dengannya. Setelah itu, aku akan mengucapkan beribu kata yang mungkin membuatnya menggelengkan kepala.
Sekian purnama aku mengumpulkan banyak tanya untuknya. Ingin rasanya membongkar semua cerita tentang dirinya yang sempat menghilang tanpa kabar.Â
Ingin tahu apa yang dia rasakan, ingin tahu apa yang dia lakukan, ingin melihat pula bagaimana perasaan yang dia sampaikan untukku dua tahun lalu. Apakah perasaan itu masih sama? Ataukah sudah berubah dengan melabuhkannya pada yang baru?
***
Dua tahun lalu.
"Antya, kamu punya waktu luang?" pertanyaan yang membuat aku berpikir sejenak untuk menjawabnya.
"Kayaknya enggak. Aku mau lembur hari ini, banyak artikel yang harus aku siapin," kataku sambil merapikan meja sebelum pergi ke kantin.
"Maksudku bukan nanti malem, tapi sekarang. Kamu mau makan siang, kan?"
"Em iya, sih, tapi aku mau makan bareng sama temen-temen. Kenapa emang?" tanyaku.
"Gak apa-apa, tadinya pengin makan bareng aja. Udah lama gak pernah makan bareng sejak kita lulus SMA," katanya sambil berharap.