Karina berlari di pagi yang cerah , seperti biasa Karina mempunyai gaya hidup yang sangat sehat. Dia selalu mengusahakan untuk berolahraga di setiap pagi dan menghirup udara yang segar untuk membantu otaknya bekerja di hari itu. Karina adalah seorang ibu rumah tangga yang mempunyai pekerjaan dari rumah sebagai penerjemah bahasa Inggris. Dia mempunyai anak bernama Zaka berusia 5 (lima) tahun , dan menikah dengan Arnoldto Kusuma seorang lelaki yang berusia pertengahan 30an tahun. Arnold seorang pekerja swasta di salah satu perusahaan terkenal di Jakarta. Memiliki perkerjaan yang mapan membuat Arnold membiarkan istrinya untuk bekerja sesuai passionnya dan mengembangkan sisi kreatif istrinya untuk melakukan apa yang istrinya mau dihidupnya, dan pilihannya istrinya mau bekerja dari rumah sambil mengurus Zaka anak semata wayangnya.
“Mba Karinaaa.... mbaaa ini mbaaa jatuh..” teriak mas Toto penjaga warung seberang komplek rumah Karina. “Oiya mas, makasi,,,” jawab Karina sambil tersenyum. Gantungan kunci rumah Karina tiba-tiba terjatuh mungkin karena gerakan Karina saat berlari. Setelah mengambil gantungan kunci itu Karina berlari kembali sambil merasakan segarnya udara pagi itu, angin yang menerpa rambutnya yang dikucir kuda, dan menikmati suara burung di pohon, dan kemudian tiba-tiba “blaaaak” suara barang jatuh di dekat dia berlari. Karina kaget dan hampir terjatuh, karena dia menghindar dari barang tersebut yang hampir mengenai badan dia. Suara ribut-ribut dari dalam rumah tersebut. Karena Karina tidak mau ikut campur dia melanjutkan berlari, dan mempercepat kecepatan larinya. Pagi itu masih pukul 4 pagi jadi jalanan masih amat sangat sepi, ini waktu yang sangat tepat untuk Karina berolahraga sebelum dia melakukan rutinitas layaknya ibu rumah tangga memasak untuk keluarga dan mengurus hal lainnya.
Sesampainya di rumah, seperti biasa suaminya baru bersiap untuk mandi dan terdengar suara air mengalir mengisi bak untuk mandi. Karina langsung membersihkan tangan dan dan kakinya sesampainya di rumah, serta berganti baju. Karina menuju ke tempat Zaka tidur dan mencium kening anaknya. Lalu Karina melanjutkan urusan rumah tangganya dengan memasak sarapan untuk keluarga kecilnya. Yup di rumah tersebut tidak ada asisten rumah tangga, Karina hanya dibantu mba untuk mencuci baju keluarga dan menyetrika, selebihnya urusan rumah tangga dia yang pegang.
“Ma, kita sabtu ini pergi berlibur berdua ke Yogya gimana?” tanya Arnold membangunkan lamunan istrinya yang sedang memasak. “Kenapa pa tiba-tiba weekend keluar kota? Ada apa memang di Yogya? Kita hanya pergi untuk hari Sabtu dan Minggu aja?” rentetan pertanyaan meluncur di mulut Karina. “Aku hanya rindu suasana Yogya Ma, Zaka kita titip saja ke mamaku, lagi pula Zaka dari kemarin nanya soal neneknya terus, dan aku ingin bulan madu lagi sama kamu” jawab Arnold sambil memeluk istrinya dari belakang, padahal istrinya sedang memasak. “Diiiiih tiba-tiba banget ngajakin honeymoon.. pasti ada sesuatu ni paa.. coba jujur ada apa? Lagi pula aku ada kerjaan dan deadline hari minggu ini, kalau ga penting dan bisa ditunda mending nanti aja d paaa... yaaa paaa.. lagian juga mama kamu bukannya lagi habis sakit, pasti masih belum kuat juga jaga Zaka walopun ada adik kamu yang bantu, tau sendiri eyang uti nya kalau udah ngeliat cucu satu-satunya gimana, lagi sakit pasti dibela-belain main terus... ga d gaa paa..kali ini aku mending nolak” jawab Karina dengan membalas pelukan suaminya dengan kecupan di pipi suaminya. “Bukan gitu ma, ada sesuatu yang ingin kusampaikan ke kamu, dan tempatnya butuh hanya kita berdua saja, dan tenang.. dan romantis..dan... ya pokoknya berdua aja gitu.. kerjaan kamu memangnya ga bisa dibawa ma.. kan bisa kan.. lagi juga masih ada dua hari menuju Sabtu,kamu ngebutin di dua hari pasti bisa.. semangaat mama ku sayang.” “Duuuh..ada apa si paa.. bikin penasaran aja.. soksokan romantis segala.. sekarang ajalah pa...” Karina sambil mengelitik suaminya penasaran. “Ga bisa” kata suaminya sambil menggoda istrinya. “Ya udah kalau gitu kita liburan tapi ga perlu ke Yogya juga, ke hotel sini-sini aja, kan yang penting suasannya beda kan pa.. supaya ga perlu lama juga kasian eyang utti nya Zaka pa.” Akhirnya Karina menyetujui keinginan suaminya untuk berduaan saja weekend ini. “Ya ud d kalau gitu, kamu pesenin ya ma hotelnya, nanti tinggal bayar pakai cc ku aja..aku berangkat dulu” perkataan Arnold dilanjutkan kecupan di pipi istrinya, lalu tidak lupa Arnold ke kamar Zaka untuk mengecup kening anak kesayangannya itu sambil pamit.
Karina masih bertanya-tanya dalam hatinya kenapa sikap suaminya tiba-tiba sangat aneh, tidak biasa Arnold melakukan perjalanan tanpa perencanaan jauh-jauh hari. Tiba-tiba perut Karina merasakan kesakitan yang sangat amat mungkin karena stress atau pusing karena tekanan pekerjaannya. Setelah minum obat Karina lalu tidur disebelah Zaka yang masih tertidur pulas. Perasaan Karina setelah suaminya hari ini berangkat kerja sungguh tidak enak tidak seperti biasanya, dia mencoba untuk tidur tetapi sangat sulit. Tiba-tiba ada suara pintu diketuk, “ibu Karina? Dengan rumah ibu Karina? Ibu Karina bisa keluar sebentar?” suara yang dia tidak kenal sangat berisik sekali di luar rumahnya, sampai-sampai Zaka terbangun dari tempat tidurnya. Lalu Karina dan Zaka ke depan pintu rumahnya untuk membukakan pintu, “Siapa ya?” tanya Karina kepada sosok pria agak berperawakan besar , mempunya jenggot dan kumis tipis dan satu lagi seorang perempuan perawakannya agak kecil dan masih muda, umur mereka berjarak sangat jauh. Si bapak sekitar umur 50an tahun, sedangkan yang perempuan seumuran dengan adiknya Karina berumur 25tahunan. “Kami keluarga jauh dari mas Arnold mba, dari Yogya, saya Tari.” “Oh kamu Tari toh.. mari masuk , saya telpon mas Arnold dulu soalnya dia sudah berangkat ke kantor” jawab Karina sambil mengingat-ingat muka Tari dan bapak itu memang mirip dengan foto keluarga Arnold di Yogya. Seketika pikiran Karina teringat tadi pagi suaminya mengajak dia untuk ke Yogya hari Sabtu ini, kemudian Karina mengurungkan untuk menelpon suaminya dan menggantinya dengan pesan di wa untuk mengabarkan bahwa saudaranya ada yang datang dari Yogya. “Maaf ini dengan bapak siapa ya?” tanya Karina kepada bapak yang datang bersama Tari. “Maaf saya belum mengenalkan diri, saya Siswanto , saya suami dari Tari.” Lumayan kaget Karina mendengarnya melihat jarak umur mereka tampak jauh sekali, tapi dengan muka tenang Karina berkata “Oh monggo-monggo silahkan duduk mas, mau minum apa? Saya tadi ada masak untuk sarapan, apa sudah makan mas dan Tari ?” tanya Karina dengan sopan. “Kami sudah makan mba , makasi tawarannya” jawab Tari. Setelah mereka duduk, Karina membuatkan teh manis hangat untuk mereka berdua dan kemudian mereka bercakap-cakap di ruang tamu, Zaka sudah bisa makan sendiri, dia makan di ruang makan ditemani youtube yang mempertontonkan acara Blueys kesukaannya.
“Gimana-gimana, ada apa mas dan Tari datang ke rumah kami? Ada yang bisa mba bantu Tari?” tanya Karina. “Gapapa mba, kami hanya ingin datang berkunjung untuk silahturahmi sudah lama semenjak meninggalnya bapaknya mas Arnold, mas Arnold sudah tidak pernah lagi datang ke Yogya,” jawab Tari. Bapaknya Arnold meninggal dunia sebelum Karina bertemu dengan Arnold, sudah sangat lama sekali sebelum mereka bertemu, tepatnya setelah Arnold lulus kuliah, waktu itu bapaknya Arnold terkena stroke ringan dan kemudian dia terjatuh dari tempat tidurnya, setelah dibawa ke RS berbulan-bulan tidak bisa pulang dari RS , di bulan ke tiga bapaknya Arnold dipanggil oleh Tuhan. Semenjak itu Arnold tidak pernah lagi menginjakan kakinya ke rumah bapaknya di Yogya tempat terakhir bapaknya hidup. Arnold terlihat sangat trauma dan terpukul setelah kepergian bapaknya itu karena dia sangat dekat dengan bapaknya, dan Arnold pun yang menemani bapaknya di RS berbulan-bulan dan hanya pulang dua tiga kali ke rumah demi menjaga bapaknya. Kurang lebih sudah 12 (dua belas) tahun setelah kejadian itu, dan perasaan menyakitkan itu masih terasa di dada Arnold. Perpisahan yang paling berat adalah dipisahkan oleh maut, sudah tidak bisa mendengar canda tawa, marah-marahnya, berdiskusi dengan orang itu, menghirup udara yang sama, dan kehilangan yang benar-benar membuat Arnold mengucilkan diri dari orang lain setelah itu. Setelah kejadian itu Arnold lalu merantau ke Jakarta dan tinggal di Jakarta sampai sekarang. Karina memang tidak pernah ke Yogya dari pacaran sampai menikah dengan Arnold , setiap Arnold diajak untuk ke Yogya selalu menolak, makanya tadi pagi Karina sempat kaget dan merasa aneh.
Sembari Arnold masih di kantor, dan Tari menemani Karina di rumah, Tari menceritakan mengenai rasa kehilangan Arnold yang begitu besar dan bagaimana Arnold struggling menghadapinya. Tari juga menceritakan bahwa Arnold pernah bercerita ke kakaknya bahwa dia sering ke psikolog karena beberapa kali setelah kejadian dia menangis sendirian. Dan bahkan untuk mendengar nama bapaknya disebut dia selalu merasa bersalah. Dia merasa bersalah kalau dia tidak bisa menjaga bapaknya dengan benar, dan dulu dia tidak berbuat banyak untuk membahagiakan bapaknya. Setiap beberapa malam setelah dia kehilangan bapaknya,Arnold bermimpi tentang bapaknya, dan setiap paginya akan berakhir dengan tangisan. Karina menangis mendengar hal itu, lalu Karina menyadari sesuatu bahwa Arnold pernah berkata kepada dirinya, dia satu-satunya perempuan yang Arnold pacari setelah bapaknya meninggal. Mungkin ini juga berkaitan dengan meninggalnya bapaknya. Beberapa kalipun Karina pernah mendapati suaminya itu menangis seorang diri, dan setiap ditanya Arnold tidak pernah menjawabnya, bahkan sampai Zaka lahir. Berceritalah Tari panjang kali lebar, Zaka pun ikut mendengarkan bibinya bercerita. Mereka berdiskusi sambil ditemani teh hangat dan cemilan yang diberikan oleh Karina. Tak terasa sore pun hadir , hangatnya sore itu menusuk kulit mereka melewati kaca-kaca ruang tamu Karina.
“Biiippp,,biiippp,, “ punyi klakson mobil Arnold. Karina pun tersigap dan kemudian membukakan pintu pagarnya supaya mobil Arnold bisa masuk. Setelah Arnold menyelesaikan parkirnya. Arnold kemudian tertegun melihat Tari ada di dalam rumahnya bersama mas Siswanto. Setelah Arnold turun dia kemudian menyapa tamu yang tidak diundang tersebut. Tari langsung memeluk Arnold, dan berkata “Bagaimana kabarmu mas?” “Baik-baik saja dek, “ jawab Arnold dengan diiringi senyuman, dan menjabat tangan mas Siswanto. Mereka kemudian bercakap-cakap kembali.
Setelah malam menjelang, Tari dan mas Siswanto ikut untuk makan malam dengan keluarga itu, karena tadi Karina asik mendengarkan cerita Tari, Karina lupa untuk memasakan makan malam dan berakhir dengan memesan gofood mie ayam terkenal dekat rumahnya. Dan setelahnya mereka pulang.
Begitulah rasa kehilangan Arnold yang tidak pernah dibahas Arnold dengan siapa-siapa kemudian dia harus menghadapinya lagi. Healing adalah rasa yang tepat untuk dia rasakan saat ini, dan bersama Karina dan Zaka keluarga kecilnya dia menghadapi rasa takut dan trauma untuk kehilangan. Arnold juga menceritakan ke Karina bahwa dia sampai saat ini sering ke psikolog, dan memang benar dia mengajak Karina ke Yogya adalah salah satu bentuk bahwa dia sudah menyembuhkan dirinya pada rasa trauma tersebut. Kita tidak pernah tau berapa lama rasa kehilangan itu akan sembuh. Dan yang paling penting pada saat orang yang kita sayangi takut atau trauma kita ada untuk tidak menghakimi mereka, melainkan meng-embrace mereka dengan membuat mereka nyaman. Butuh waktu bertahun-tahun bagi Arnold melupakan rasa kehilangan tersebut. Bukan berarti dia marah kepada Tuhan karena mengambil bapaknya dengan cepat, tapi karena dia merasa belum bisa memberikan yang terbaik untuk orang yang dia sayang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H