Nira Aren diekstrak dari batang tanaman, disaring terlebih dahulu dari material seperti serangga dan kulit pohon yang terikut pada proses penyadapan Aren. Kemudian dimasak selama dua jam hingga mengental.
Penambahan parutan Kemiri dilakukan untuk membantu agar gula aren setelah dicetak tidak terlalu lembek, tekstur padat serta mempersingkat waktu pengentalan nira hingga menjadi gula aren. Bahan lain yang dapat ditambahkan seperti minyak Kelapa atau parutan Kelapa.
Gula aren biasanya dikemas secara tradisional menggunakan kulit Jagung. Namun saat ini ada juga kemasan komersil dalam bentuk lainnya.Â
Mengintip harga jual gula aren Takengon di Pasar tradisional setempat dijual seharga Rp. 30.000,-/kg.
Mutu Gula Aren diatur dalam SNI 01-3743-1995 meliputi mutu organoleptik (bentuk, bau, rasa dan warna) karakter fisik dan kimia seperti bagian tak larut air, kadar air, abu, gula reduksi dan sukrosa. Ada juga potensi cemaran logam berat yang diatur batasnya dalam SNI seperti logam Timbal, Tembaga, Seng, Timah, Raksa dan Arsen.
Saat ini pada masa penerapan Undang-Undang Jaminan Produk Halal, setiap UMKM harus melengkapi dokumen sertifikat halal. Tidak terkecuali produsen gula juga harus memperhatikan titik kritis kehalalan Gula Aren. Titik kritis mempertimbangkan bahaya kimia dan mikrobiologis khususnya oleh karena campuran bahan-bahan yang digunakan.
Selama ini produksi Gula Aren Takengon juga mencukupi kebutuhan di Aceh juga Medan. Tantangannya yaitu bagaimana produk ini dapat setara dengan gula aren lain yang telah menembus pasar mancanegara. Sebut saja Gula Aren Pacitan dan Gula Aren Gorontalo merambah pasar Uni Emirat Arab dan Kanada. Semoga saja.
Sudah ngopi hari ini? Terima kasih sudah membaca. Salam.
Referensi satu, dua, tiga, empat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H