Kita mulai dengan memberi rambu-rambu bahwa konteks tulisan ini adalah perjokian selama proses studi oleh oknum mahasiswa.Â
Kelemahan seseorang hingga terjerumus pada kepentingan perjokian ilmiah lebih pada ketidakmampuan mengidentifikasi potensi diri. Kepeminatan apa? Lalu, apa yang harus dilakukan kalau potensinya ini itu.
Apa yang bisa dilakukan :
1. Memperkuat keterikatan akademik dengan Dosen Wali
Tunaikan kewajiban konsultasi rutin dengan pembimbing akademik. Sudah menjadi tugas pokok dan fungsi dosen sebagai pendamping akademik. Maka jangan pernah berfikir keberadaan mahasiswa yang 'mengeluh' mengenai status akademiknya adalah sesuatu yang merepotkan orang lain.
Ketika kapalmu sedang laju ataukah hampir karam, datanglah mengadu. Mintalah kesediaan waktu dosen pembimbing akademik untuk membersamai minimal 4 kali dalam satu semester. Begitu seterusnya hingga berakhir studi pada titik finish impian.
Optimislah untuk mendapatkan energi kembali setelah bertukar pikiran. Tempatkan mereka sebagai pohon besar disaat panas terik. Sepertinya celah tergoda joki kecil kemungkinan ya jika sudah begini. Jadi, jika berjoki maka banyak hati yang kau sakiti.
2. Variasi gaya belajar
Rasanya jika memilih jalan pintas 'joki tugas' hemat saya oknumnya sedang jenuh belajar. Memilih jalan pintas sependek-pendeknya akal. Ingat kembali sedang berada dalam medan perjuangan di era milenial. Banyak kandidat kompeten yang juga sedang diasah, diruncingkan, ditempa, dibakar dengan kobaran yang sama. Semangat belajar. Tetapi kemudian oknum tadi memilih berjoki.
Sebuah pembiasaan yang dapat dicoba dengan variasi gaya belajar. Waktu, suasana dan teman belajar menjadi pendukung keniscayaan hal ini menjadi hasil yang baik.