Salahkah aku berkebutuhan khusus mungkin ungkapan yang tepat bagi seorang gadis dewasa yang diberi anugerah Allah dengan berkebutuhan khusus. Dialah Yanti. Tubuhnya tak lagi muda seiring berjalannya waktu, tetapi hidupnya bergantung pada simboknya yang tak lagi mampu memenuhi semua yang dibutuhkan Yanti. Sipon adalah nama simbok dari Yanti, tumpuan hidupnya sekaligus temannya. Kakinya tak mampu lagi menopang tubuhnya yang terbilang gendut. Beliau berjalan dengan dibantu tongkat kayu sebagaii tumpuannya.
Disuatu sore pintu rumahku diketuk seseorang dengan suara seperti anak kecil.
“Kulonuwum,” panggilnya sambil mengetuk pintu rumahku.
“Nggih,”ku buka pintu.
“Ibu wonten mbak?” tanya simbok padaku.
“Oh wonten, monggo mlebet, ditenggo sekedap nggih,” aku mempersilahkan masuk kedua orang tamu.
(“Oh ada, silahkan masuk,tunggu sebentar ya,”aku mempersilahkan masuk keua orang tamu.
Ternyata kedua tamu yang datang kerumahku sore itu adalah Yanti dan Mbok Sipon.
“Wonten kerso nopo nggih mbok Sipon?”tanya ibuku pada mbok Sipon.
“Ehm anu bu, ehm kulo badhe nyuwun arto nggih tumbah raskin kalian bayar arisan,”jelasnya pada ibuku.
(“Ehm anu bu, ehm saya mau minta uang buat beli raskin dan bayar arisan,” jelasnya pada ibuku)